Categories
Iman Praktis What's New

Berpacaran Sesuai Aturan

Berpacaran sesuai aturan sewajarnya menjaga hubungan yang berkenan kepada Allah. Segala kegiatan itu dapat dilakukan sewaktu bersama orang lain atau berdua saja dengan batas-batas yang jelas.

Berpacaran adalah relasi di mana di dalamnya terdapat kegiatan apa pun di antara dua orang, laki-laki dan perempuan, yang saling menyukai. Berpacaran sesuai aturan sewajarnya menjaga hubungan yang berkenan kepada Allah. Segala kegiatan itu dapat dilakukan sewaktu bersama orang lain atau berdua saja dengan batas-batas yang jelas. Hubungan ini akan lebih baik jika diketahui atau melibatkan orang lain sebagai sahabat yang menjadi pendamping atau mentor mereka. Bagi orang-percaya, berpacaran bukanlah untuk bersenang-senang, melainkan untuk tujuan menikah dan hidup bersama dalam kasih dan kesetiaan. Perlu juga diketahui bahwa di beberapa kebudayaan, berpacaran itu tidak wajib.

Gereja, dalam hal ini lembaga atau organisasi, tidak membuat aturan dalam berpacaran. Karena sejatinya orang-percaya sudah selayaknya mengikuti prinsip dan aturan yang ada dalam Alkitab. Prinsip Alkitabiah itu dapat dipercaya dan dapat membantu seseorang membuat keputusan yang baik dan menyenangkan hati Allah. (lihat Yesaya 48:17, 18)

“Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: ‘Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang.'” (Yes. 48:17-18 ITB)

Bagi orang-percaya, berpacaran bukanlah untuk bersenang-senang, melainkan untuk tujuan menikah dan hidup bersama dalam kasih dan kesetiaan.

Alkitab tidak menyatakan bahwa orang-percaya sebelum menikah harus berpacaran; atau berpacaran merupakan syarat untuk menikah. Namun tetaplah penting untuk dipahami bagaimana berpacaran sesuai aturan Alkitab. Untuk itu mari kita perhatikan beberapa prinsip Alkitabiah tentang berpacaran berikut ini:

1) Pernikahan adalah ikatan seumur hidup. Bagi orang-percaya, berpacaran adalah hal yang serius karena itu adalah langkah menuju pernikahan.

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Mat. 19:6 ITB)

2) Berpacaran sesuai aturan berlaku bagi mereka yang sudah cukup dewasa untuk menikah. Maksudnya, mereka ”sudah melewati masa remaja”.

“Tetapi jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa.” (1 Kor. 7:36 ITB)

3) Mereka yang berpacaran harus bebas dari ikatan pernikahan dengan siapa pun. Tetapi, mereka yang sudah bercerai secara hukum negara belum tentu bebas menikah, karena bagi Allah satu-satunya alasan yang diperbolehkan untuk bercerai adalah perzinahan.

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” (Mat. 19:9 ITB)

4) Orang Kristen hanya boleh menikah dengan mereka yang seiman. (Lihat 1 Korintus 7:39) Mereka yang seiman di sini bukan orang yang hanya menghargai kepercayaan Kristen, tetapi mereka adalah orang Kristen yang benar-benar lahir baru, yang dibaptis dan yang telah menjalankan kepercayaan mereka dengan segenap hati. (Lihat 2 Korintus 6:14) Dari awal, Tuhan selalu memerintahkan umat-Nya untuk menikah dengan pasangan yang seiman. (Kejadian 24:3; Maleakhi 2:11) Perintah ini masih relevan sampai sekarang.

“Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.” (1 Kor. 7:39 ITB)

“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Kor. 6:14 ITB)

“supaya aku mengambil sumpahmu demi TUHAN, Allah yang empunya langit dan yang empunya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan Kanaan yang di antaranya aku diam.” (Kej. 24:3 ITB)

“Yehuda berkhianat, dan perbuatan keji dilakukan di Israel dan di Yerusalem, sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang dikasihi TUHAN dan telah menjadi suami anak perempuan allah asing.” (Mal. 2:11 ITB)

Orang Kristen hanya boleh menikah dengan mereka yang seiman, yang benar-benar lahir baru, yang dibaptis dan yang menjalankan kepercayaannya dengan segenap hatinya.

5) Anak-anak muda harus taat kepada orang tua. (Lihat Amsal 1:8; Kolose 3:20) Anak-anak muda yang masih berada dalam tanggung jawab orang tua harus menaati aturan berpacaran dari orang tua mereka. Aturan ini mencakup umur berapa mereka boleh berpacaran dan apa saja yang boleh dilakukan sewaktu berpacaran.

“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu.” (Ams. 1:8 ITB)

“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.” (Kol. 3:20 ITB)

6) Alkitab akan menjadi petunjuk bagi orang-percaya untuk memutuskan sendiri apakah mereka mau, dengan siapa dan bagaimana mereka berpacaran. Ini sejalan dengan prinsip, “Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.” (Galatia 6:5 ITB) Namun demikian, mereka yang bijak akan meminta nasihat kepada orang-percaya yang lebih berpengalaman. (Lihat Amsal 1:5)

“baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.” (Ams. 1:5 ITB)

7) Perbuatan termasuk dosa besar yang dilakukan dalam berpacaran haruslah diwaspadai. Contohnya, Alkitab melarang perbuatan seksual yang tidak pantas. Ini bukan hanya hubungan seksual di antara mereka yang belum menikah, tetapi juga mencakup tindakan yang mengarah kepada hal-hal seksual. Bahkan, termasuk obrolan yang menggunakan ”perkataan cabul”. (Lihat 1 Korintus 6:9-11; Galatia 5:19-21; Kolose 3:8).

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” (1 Kor. 6:9 ITB)

“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu seperti yang telah kubuat dahulu bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (Gal. 5:19 ITB)

” Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.” (Kol. 3:8 ITB)

8) Berpacaran yang sehat dan aman harus menghindari tempat yang sepi agar tidak tergoda untuk melakukan perbuatan yang salah. Pada dasarnya, keinginan hati manusia itu licik (Lihat Yeremia 17:9). Jika perlu, selalu pergi bersama teman-teman lainnya akan jauh lebih baik. (Lihat Amsal 28:26)

“Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yer. 17:9 ITB)

“Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal, tetapi siapa berlaku dengan bijak akan selamat.” (Ams. 28:26 ITB)

9) Orang Kristen harus mengenali dengan baik siapa calon pasangan hidupnya. Tidak mencari pasangan hidup di Internet atau (blind date) akan terhindar dari hubungan dengan orang yang tidak terlalu dikenal.

“Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul;” (Maz. 26:4 ITB)

Berpacaran sesuai aturan pada dasarnya mengikuti prinsip-prinsip Alkitabiah. Ini merupakan cara terbaik untuk memiliki dasar yang mantap dalam pernikahan. Bahkan, ini menjadi salah satu keputusan terpenting yang harus Saudara ambil. Karena ketika dua orang menikah, mereka menjadi satu daging dan tidak dapat dipisahkan lagi (Kejadian 2:24; Matius 19:5).

“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kej. 2:24 ITB)

“Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” (Mat. 19:5 ITB)

Image by pasja1000 from Pixabay

2 replies on “Berpacaran Sesuai Aturan”

Artikel yang bagus.

No 8 memang yes, tapi tidak “selalu” pergi bersama teman2. Ada saat2 dimana memang harus diuji dengan ke-berduaan.
Apakah memang bisa tahan uji?
Apakah bisa saling tolong diantara keduanya?
Well, it’s risk, tapi ada hal2 yang terungkap saat hanya berdua tanpa teman2. Nantinya juga mereka menjalani kehidupan berdua, teman2/saudara2 hanya datang dan pergi. Itu pendapat saya.

Menyinggung perceraian, kalau isterinya yang lari kabur lalu menceraikan suaminya?
Bebaskah si suami?
Bebaskah si isteri?
Kasus khususkah?

Trm kasih Ps. Budi , aungguh sangat memberkati, kiranya Tuhan Yesus tambah tambahkan roh hikmat, pengertian dan pewahyuan kepada ps. Budi..amen…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *