Categories
Tanya Jawab Alkitab What's New

Kisah Memalukan: Ohola dan Oholiba

Di balik cerita yang menyedihkan dan memalukan ini tersembunyi mutiara dan nilai-nilai hidup yang sangat penting.

Pertanyaan: Hati saya miris ketika membaca kisah Ohola dan Oholiba. Bagaimana jika ini dibaca oleh anak-anak yang masih kecil atau belum dewasa? Dan, bagaimana menjelaskannya?

Seringkali ketika seseorang membaca perikop tentang kisah Ohola dan Oholiba merasa tidak nyaman. Reaksi seperti ini wajar dan dapat diterima. Namun, di balik cerita yang menyedihkan bahkan memalukan ini tersembunyi mutiara dan nilai-nilai hidup yang sangat penting. Untuk memahaminya, hati orang-percaya sudah semestinya ada dalam terang Roh Kudus. Keindahan Alkitab kita terletak pada begitu kayanya jenis karya tulisan dalam berbagai macam genre, di mana pada perikop ini, genre Narasi yang sangat indah membawa berita dan pesan utama yang ingin Tuhan sampaikan kepada pembacanya. Prinsip paling dasar yang harus kita pegang erat-erat ialah pemahaman bahwa “Alkitab memiliki sifat yang khas, yaitu SANGAT JUJUR”. Tidak ada tipu muslihat, tidak ada manipulasi data, semua aktual, faktual, otentik, dan berkuasa. Segala yang disampaikan oleh Roh Kudus melalui para penulis kitab-kitab ini, adalah benar & kudus. Ini tidak dapat diganggu-gugat dan harus diterima terlebih dahulu oleh pemahaman kita sebagai orang-percaya.
Jika sampai di sini pemahaman kita sudah jelas dan mantap, barulah sekarang kita akan mencoba menyelidikinya dan menemukan jawabannya.

Alkitab memiliki sifat yang khas, yaitu sangat jujur.

Bagaimana jika Yehezkiel 23 ini atau kisah Ohola dan Oholiba ini dibaca oleh anak-anak kecil (belum dewasa) dan bagaimana cara kita menjelaskannya kepada mereka?

Untuk menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu penting bagi kita untuk memahami apa yang mendasari (backstory) peristiwa terjadinya perzinahan di dalam pasal 23 ini. Nama kakak-beradik, Ohola (kakak) dan Oholiba (adik), berdua disebutkan dengan kalimat “mereka Aku punya” (ayat 4), sebab mereka adalah keturunan Abraham sahabat-Nya dan keturunan Yakub orang pilihan-Nya. Mereka mengikat kovenan (perjanjian) dengan YHWH (bhs. Ibrani untuk TUHAN), dan membawa serta bersama mereka tanda “sunat mereka”, meterai kovenan. Dengan status “mereka Aku punya” ini menyebabkan kemurtadan mereka merupakan ketidakadilan yang sebesar-besarnya di mata Tuhan. Kemurtadan mereka menjauhkan harta milik Allah; kemurtadan itu merupakan perbuatan tidak tahu terima kasih yang paling buruk terhadap Pemberi yang paling baik, dan pelanggaran yang durhaka dan khianat terhadap ikatan-ikatan yang paling sakral.

Coba kita renungkan, orang-orang yang sudah mengaku sebagai umat Tuhan, tetapi memberontak dari-Nya, sudah sepantasnya mereka mempertanggungjawabkan perbuatan mereka jauh lebih besar daripada orang-orang yang tidak pernah membuat pengakuan semacam itu. “Mereka Aku punya” menegakkan fakta bahwa “mereka menikah dengan-Ku”, dan “untuk-Ku, mereka melahirkan anak-anak lelaki dan perempuan”.

Itulah yang menggerakkan Tuhan untuk meyampaikan berita kecaman ini:

Pertama, motivasi utama Tuhan dalam pesan-pesan melalui nabi Yehezkiel di sini ialah tentang kekudusan. Pada pasal sebelumnya, 22:26, kekudusan Tuhan dipermainkan dan dinajiskan secara brutal oleh umat, pemuka-pemuka (mencakup pemimpin politik), para imam dan bahkan nabi-nabi.
Di sana dosa-dosa mereka dirinci satu-per-satu. Secara ringkas, dari dosa umat, yaitu hutang darah; karena umat Allah beribadah kepada berhala-berhala atau berzinah dengan mengikat perjanjian; dengan darah (pasal 22 ayat 3, 4, 8, 9) dan sekaligus melakukan kekejian (pasal 22 ayat 12, 13, 27). Selain oleh umat, ditambah lagi dosa-dosa para imam yang memperkosa (memanipulasi) firman demi keuntungan pribadi (ayat 26); masih ditambah lagi para nabi berprofetik palsu dengan kata-kata ajaib “Beginilah firmah Tuhan: – padahal TUHAN tidak berfirman.” (ayat 28)
Semua rincian dosa ini digambarkan dalam perumpamaan tentang ampas/kotoran/limbah yang dibuang dalam peleburan.

Pasal 22 inilah puncak pembangkangan Israel secara nasional kepada Tuhan. Mereka berubah setia terhadap Tuhan, Suami dan Pemilik mereka.
Nampaknya adil bagi Tuhan untuk memilih cara yang tegas dan terkesan vulgar dalam menyampaikan rasa sedih dan kesal-Nya terhadap perlakuan brutal bangsa Israel ini. Kekudusan Tuhan dipermainkan. Peringatan-Nya tidak cukup terang untuk diindahkan. Demikian masuk akalnya jika kita membaca bagaimana rasa kesal-Nya Tuhan ditumpahkan dalam pesan-pesan-Nya kepada nabi Yehezkiel (ayat 43, 46-47). Ini penting untuk dipahami oleh semua orang-percaya tentang pentingnya kekudusan Tuhan.

Tuhan tidak pernah main-main dengan Kekudusan. Jika disandingkan dosa, “rasa jijik”-Nya diwujudkan dalam pesan yang begitu mendesak, menekan, keras, dan vulgar harus disampaikan kepada umat yang dikasihi-Nya.

Alkitab adalah firman Allah. Ialah sumber kebenaran tertinggi yang menuntun semua orang-percaya untuk mengenal Tuhan, sifat-Nya dan rancangan-Nya. Anak-anak kita berhak menikmati tuntunan Tuhan melalui firman-Nya. Mereka tidak boleh dilarang membaca kisah Ohola dan Oholiba ini atau ayat-ayat semacamnya kendati perasaan kita berkehendak lain. Namun akan lebih baik jika mereka mendapat ketarangan selengkapnya, mengapa Tuhan berpesan sedemikian vulgar dan bahkan “mungkin” dengan kemarahan atau kekesalan semacam itu.

Tuhan tidak pernah main-main dengan Kekudusan.

Kedua, selain kekudusan, perihal kedua yang sangat penting di mata Tuhan ialah kesetiaan. Lawan kata kesetiaan dalam konteks ini ialah kecurangan. Dalam pasal 23, dituliskan tentang pesan-pesan Tuhan kepada Yehezkiel dalam perumpamaan. Tokoh dalam kisah Ohola dan Oholiba ini bukanlah tokoh nyata dan juga peristiwa persundalan yang dikisahkan di dalamnya tidak terjadi secara nyata.

Kita perhatikan terlebih dahulu bagan pasal 23 berikut ini:

Dua orang perempuan kakak-beradik yang curang (1-49)

  • Ohola; menggambarkan kerajaan Israel (utara) yang sedang berzinah dengan bangsa kafir, Assyria (5-10)
  • Oholiba; menggambarkan kerajaan Yehuda (selatan) yang sedang berzinah dengan bangsa-bangsa kafir, Babel dan Mesir (11-35)
  • Ohola dan Oholiba dihukum (36-49)

Jadi, jelas bahwa perempuan kakak-beradik yang bernama Ohola dan Oholiba bukanlah seseorang yang nyata, tetapi sebagai gambaran umat Israel yang berselingkuh dengan “pria-pria lain”; yakni berhala-berhala. Dalam bahasa Ibrani, Ohola berarti Kemahnya dan Oholiba berarti KemahKu di dalamnya. Ini merujuk kepada keluarga (perkawinan) atau rumah tangga antara umat Israel (kerajaan utara dan selatan) dengan Yehova, suami satu-satunya. Namun ada makna yang menunjukkan kenyataan yang berbeda. Ohola (kemahnya sendiri), nama ini disebutkan karena tempat-tempat ibadah yang dimiliki kerajaan itu dirancang dan dipilih oleh mereka sendiri, dan ibadahnya juga adalah temuan mereka sendiri. Tuhan tidak pernah mengakuinya. Sedangkan Oholiba (kemahKu ada di dalamnya) disebutkan karena bait suci mereka adalah tempat yang dipilih Tuhan sendiri untuk menegakkan nama-Nya di sana. Ia mengakuinya sebagai milik-Nya dan memberikan kehormatan kepada mereka dengan tanda-tanda kehadiran-Nya di sana.

Yehezkel pasal 23 mengandung kecaman keras dari Tuhan untuk umat-Nya yang tidak setia; dan ini serupa dengan pasal 16. Keduanya berisi perumpamaan tentang pelacur. Beberapa persamaan lainnya yang utama adalah: Para pelacur itu adalah istri Tuhan yang belakangan berkhianat.

Dari alurnya (plot), ceritanya mirip dengan kisah perkawinan nabi Hosea dan istrinya, Gomer. Adanya harapan menjadi titik-balik dalam Narasi yang menuju kepada pengampunan dan pemulihan hubungan.

Jika kita kembali melihat kedua pasal itu (23 dan 16 kitab Yehezkiel), di sana juga mengandung adanya harapan. Berita bahwa umat Allah akan diterima kembali ini memang tidak disebutkan di dalam pasal 23 secara terang-terangan, namun di pasal ini ada satu janji yang serupa dengan yang dicatat di pasal 16 yakni, ”Aku akan menghentikan tingkah lakumu yang bejat dan pelacuranmu.”​ (Lihat persamaan pasal 23 dan 16 berikut ini).

Pasal 16:
“Engkau mengambil dari pakaian-pakaianmu untuk membuat bukit-bukit pengorbananmu berwarna-warni dan engkau bersundal di situ; seperti itu belum pernah terjadi dan tidak akan ada lagi.”
Bahkan, engkau mengambil anak-anakmu lelaki dan perempuan yang engkau lahirkan bagi-Ku dan mempersembahkannya kepada mereka menjadi makanan mereka. Apakah persundalanmu ini masih perkara enteng.
“sungguh, oleh karena itu Aku akan mengumpulkan semua kekasihmu, yaitu yang merayu hatimu, baik yang engkau cintai maupun yang engkau benci; Aku akan mengumpulkan mereka dari sekitarmu untuk melawan engkau dan Aku akan menyingkapkan auratmu di hadapan mereka, sehingga mereka melihat seluruh kemaluanmu.”
“Aku akan menghakimi engkau seperti orang menghakimi perempuan-perempuan yang berzinah dan yang menumpahkan darah dan Aku akan melampiaskan atasmu murka dan cemburuan-Ku.”
“Mereka akan membakar rumah-rumahmu dan menjatuhkan hukuman kepadamu di hadapan banyak perempuan. Dengan demikian Aku membuat engkau berhenti bersundal dan upah sundal tidak akan kauberikan lagi.”
(Yeh. 16:16, 20, 21, 37, 38, 41 TB-LAI)

Pasal 23:
“Oleh sebab itu, hai Oholiba, beginilah firman Tuhan ALLAH, memang engkau sudah menjauhkan dirimu dari kekasih-kekasihmu, tetapi sungguh, Aku akan menyuruh mereka bergerak melawan engkau; Aku akan membawa mereka melawan engkau dari sekitarmu.”
“Aku akan membuat engkau menghentikan kemesumanmu dan persundalanmu sejak dari tanah Mesir, sehingga engkau tidak lagi melirik kepada mereka dan tidak lagi mengingat-ingat orang Mesir.”
(Yeh. 23:22, 27 TB-LAI)

Keindahan kekudusan dalam relasi antara Tuhan dan bangsa milik-Nya, seperti hubungan keintiman suami-istri dalam kekudusan dan kesetiaan. Jika dinodai dengan hubungan dengan pasangan lain yang bukan suami sah, maka persundalan dan kemesuman yang menjijikkan itu menghancurkan dan memporak-porandakan semuanya.

Pengabdian pada hehormatan Tuhan, dan bekerja melayani-Nya seharusnya menjadi kekuatan dan keindahan dari pribadi umat Tuhan, sebagaimana anak-anak menjadi kekuatan dan keindahan bagi keluarga yang di dalamnya mereka dilahirkan.

Image by CristiYor and Walkerssk from Pixabay

One reply on “Kisah Memalukan: Ohola dan Oholiba”

Puji Tuhan …. Ulasan yang sangat gamblang. Tuhan Maha Kudus dan KedaulatanNya absolut. Terpujilah Tuhan …… Terimakasih Pak Budi Gbu ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *