Categories
Iman Praktis What's New

Kutuk Keturunan dalam Diri Orang Kristen. Benarkah?

Alkitab secara spesifik menjelaskan bahwa Allah tidak pernah menganggap bagaimana kemudian anak-anak akan bertanggung jawab atas dosa-dosa orangtua mereka.

Kalimat dalam judul topik Kutuk Keturunan dalam Diri Orang Kristen. Benarkah? ini sering menjadi bahan diskusi atau bahkan menjadi pertanyaan yang seolah-olah tidak terjawab dan kemudian menimbulkan kekuatiran dalam diri seorang-percaya. Ada beberapa ayat Alkitab yang menyebutkan tentang “kutuk keturunan”.

Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.” (Kel. 20:5)

“yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” (Kel. 34:7)

“TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” (Bil. 14:18)

“Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.” (Ul. 5:9)

Memang rasanya Allah itu tidak adil sampai-sampai harus menghukum anak-anak karena dosa para leluhur mereka. Tetapi, pandangan semacam ini hanya melihatnya dari perspektif duniawi. Allah tahu bahwa akibat dari dosa bisa diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tidak bisa dipungkiri juga bahwa kalau seorang ayah memiliki gaya hidup yang berdosa, anak-anaknya cenderung memiliki gaya hidup yang serupa. Di sinilah alasan mengapa adil bagi Allah untuk menghukum dosa hingga ke generasi ketiga atau keempat – karena mereka melakukan dosa yang sama seperti yang dilakukan para leluhur mereka. Tetapi, sebenarnya mereka sedang dihukum karena dosa-dosa mereka sendiri, bukan dosa para leluhur mereka.

Alkitab secara spesifik menjelaskan bahwa Allah tidak pernah menganggap bagaimana kemudian anak-anak yang akan bertanggung jawab atas dosa-dosa orangtua mereka. “Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.” (Ul. 24:16)

Sangat mengherankan bahwa hari-hari ini banyak sekali kecenderungan kelompok Kristen tertentu mencoba untuk menyalahkan atau mengaitkan setiap dosa dan masalah pada kutuk keturunan. Hal ini tidak Alkitabiah. Fakta rohaninya ialah bahwa obat bagi kutuk keturunan adalah keselamatan melalui Yesus Kristus. Ketika seseorang bertobat dan menjadi Kristen, ia sudah menjadi ciptaan baru. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Kor. 5:17). Jadi, bagaimana mungkin anak Allah masih berada di bawah kutuk Allah (Rom. 8:1 – “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”)? Oleh karena itu, yang dapat menghilangkan “kutuk keturunan” hanyalah iman dalam Kristus dan hidup kudus dan berkenan kepada-Nya. Roma 12:1-2 menjelaskan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Yang dapat menghilangkan “kutuk keturunan” hanyalah iman dalam Kristus dan hidup kudus serta berkenan kepada-Nya.

Selain itu, juga banyak beredar pandangan bahwa kemungkinan kutukan masih ada dalam diri orang Kristen. Benarkah demikian? Apakah pandangan ini Alkitabiah?

Alkitab menyatakan, “Seperti burung pipit mengirap dan burung layang-layang terbang, demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena” (Ams. 26:2b). Artinya, berbagai kutuk (bahkan ini menyangkut soal guna-guna) tidak berdampak apapun pada orang-percaya.

Berita baiknya ialah bahwa Allah tidak mengizinkan anak-anak-Nya dikutuk (atau, ada dalam kutuk apa pun). Allah berkuasa penuh. Tidak ada yang memiliki kuasa untuk mengutuk orang yang telah Allah tentukan untuk diberkati (sengaja/disantet atau tidak sengaja/keturunan). Allah adalah satu-satunya yang dapat menyatakan penghukuman.

Allah tidak mengizinkan anak-anak-Nya ada dalam kutuk apa pun.

Sejak orang Kristen telah dilahirkan kembali sebagai manusia baru dalam Yesus Kristus (2 Kor. 5:17), Roh Kudus terus-menerus tinggal diam di dalamnya. Ini jelas bahwa setiap orang Kristen berada di bawah perlindungan yang oleh-Nya dia hidup (Roma 8:11 – “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.”). Jadi, orang Kristen tidak perlu kuatir mengenai kutuk apapun atau siapapun yang mencoba mengutuk/menguna-guna dirinya. Termasuk kutuk keturunan, santet, Voodoo, sihir, atau pun guna-guna.

Kutukan tidak memiliki kuasa atas diri orang-percaya karena semua itu datang dari Iblis. “Sebab Roh (Kristus) yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh (Iblis) yang ada di dalam dunia” (1 Yoh. 4:4). Allah telah mengalahkannya. Kita telah dimerdekakan untuk menyembah Allah tanpa rasa takut (Yoh. 8:36 – “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.”).

Firman Tuhan sendiri memberi janji, “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Maz. 27:1)

Saudara sebagai orang Kristen sejati, adalah orang yang dimerdekakan di dalam Kristus. Bukan hanya Roh Kudus-Nya yang tinggal dalam diri Saudara, tetapi bahkan Allah sendiri berkuasa memiliki hidup Saudara. Jangan pernah ragu lagi!

Photo by Dollar Gill on Unsplash

11 replies on “Kutuk Keturunan dalam Diri Orang Kristen. Benarkah?”

Amen… So Blessed,,, dibuka kan lagi cara pandang tentang kutuk, kiranya kita smkn mendkt dgn Tuhan Yesus (Maha pengampun dan Penuh kasih)

Sekarang saya lega setelah membaca tulisan di atas. Selama ini saya masih bertanya-tanya apakah saya masih di bawah kutuk krn pernah di kutuk seseorang. Iman Saya makin mantap dalam Tuhan Yesus.

Ketakutan, kekuatiran, bahkan salah berdoa memang bisa terjadi karena penyelidikan akan Firman Tuhan yang kurang. Terima kasih atas pengajaran mengenai hal ini.

Ulangan 24:16 tentu saja bertentangan dengan Yehezkiel 18:2 karena berbeda konteks.
Ulangan 24:16 kalau dibaca dari psl.24:6 s/d 24:22 berbicara tentang pengaturan yang Tuhan buat bagi orang Israel agar supaya mereka melindungi orang-orang yang lemah seperti para fakir miskin, para janda, anak yatim. Pelanggaran yang dibuat oleh orang tua (ayah) janganlah sampai anaknya juga dihukum, begitu juga sebaliknya.

Tetapi Yehezkiel 18:2 berbicara tentang kutuk akibat kesalahan yang dibuat oleh orang tua (ayah). Dalam Yeremia 31:29 pun menyatakan hal yang sama sebagaimana Yeh.18:2. Yer.31 berbicara tentang Perjanjian Baru, oleh karenanya kita dapat mengerti bahwa Yer.31:29 “Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu” tidak akan berlaku pada masa PB. Itu artinya pada masa PL berlaku. Yang menjadi pertanyaan, dimana dalam PL yg menyatakan tentang maksud dari Yeh.18:2; Yer.31:29 tsb.? Kita dapat melihatnya pada Kel.20:5 dan Ul.5:9 dalam frasa “…..yang membalaskan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.”

jadi bisa ditekankan bahwa mereka setiap orang Kristen yang belum menerima Yesus secara pribadi dan lahir baru kemudian menerima roh kudus masih hidup dalam kutuk dosa keturunan ini.

karena masih banyak juga diluar sana hanya berdasarkan kristen keturunan, kristen dari lahir, yang sekalipun lahir baru hanya sekedar formalitas saja,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *