Categories
Tanya Jawab Alkitab What's New

Transplantasi Organ Tubuh

Beberapa alasan yang mendukung transplantasi organ tubuh ialah kasih dan belas kasih yang ditunjukkan dalam tindakan ini.

Pertanyaan: Sejak kecil, Saya punya kerinduan (suatu hari) nanti akan mendonorkan salah satu organ tubuh Saya kepada orang yang membutuhkan. Apakah ini dosa? Apakah diperbolehkan menurut iman Kristen?
daftar isi
Kasih Dan Belas Kasih Yang Bekerja

Secara khusus, memang Alkitab tidak mengulas topik donasi organ tubuh manusia. Lantas, bagaimana sikap kita sebagai orang-percaya dengan hal ini? Apakah diperbolehkan melakukan tindakan transplantasi organ tubuh kita untuk menolong orang lain? Bagaimana jika Saya memiliki kerinduan untuk bisa mendonasikan organ tubuh Saya demi menolong orang lain meskipun itu Saya lakukan dengan ikhlas? Mungkin masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang bisa kita ajukan berkenaan dengan persoalan ini. Jika kita kembali kepada Alkitab, kita bisa membayangkan bahwa transplantasi organ tubuh belum ada pada zaman Alkitab dituliskan. Ini sudah cukup jelas. Jika demikian maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dibutuhkan prinsip atau pedoman yang tentunya dibangun di atas dasar kebenaran firman Allah.

Beberapa alasan yang mendukung transplantasi organ tubuh ialah kasih dan belas kasih yang ditunjukkan dalam tindakan ini. Sejak permulaan di dalam Perjanjian Lama, umat Allah telah diperintah untuk menunjukkan kasih mereka kepada Allah dan kepada sesama mereka. “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.” (Im. 19:18 ITB) Rupanya perintah ini bergema hingga jaman Perjanjian Baru, di mana dengan tegas ditunjukkan oleh Yesus ketika Ia memberikan perintah untuk ‘mengasihi sesamamu manusia’ (lih. Matius 5:43-48), kemudian rasul Paulus pun mengajarkan perintah yang sama (lih. Roma 13:9), demikian juga oleh Yakobus (lih. Yakobus 2:8).

“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” – (Mat. 5:43-48 ITB)

“Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”(Roma 13:9 ITB)

“Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik.” – (Yak. 2:8 ITB)

Ringkasnya, bersedia menjadi pendonor organ mungkin merupakan contoh sikap rela berkorban bagi sesama kita. Tentu, kasih merupakan prinsip pokok yang menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan mulia ini.

Rela Berkorban Bentuk Budaya Baru

Sikap rela berkorban bagi sesama tampaknya sudah selayaknya menjadi budaya hidup baru bagi semua orang-percaya. Ini mengandung pengertian yang khas di mana kasih yang tulus mampu bekerja di balik pengorbanan. Demikian rasul Yohanes menuliskan, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yoh. 15:13 ITB) Ketulusan kasih kepada sahabat ini dinyatakan dalam diri Yesus. Yohanes 15:14 mencatatnya, ” Kamu adalah sahabat-Ku.” Artinya, teladan utama dalam mengorbankan diri adalah Yesus Kristus yang menyerahkan tubuh-Nya bagi umat manusia. Rasul Yohanes meringkas perintah itu dengan menulis, “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi” (1 Yoh. 4:11 ITB). Di sini Yesus sedang menekankan pesan tentang pentingnya memelihara sesama yang diwujudkan melalui kasih tanpa pamrih. Kasih membutuhkan obyek, dan obyek kasih adalah sesama, sebagai sahabat. Merekalah yang disebutkan oleh Yesus sebagai orang yang lapar, haus, gelandangan, telanjang, sakit, dan yang dipenjara (Matius 25:35-46). Juga, Yesus menjelaskan: “…Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40 ITB). Yesus juga menggunakan perumpamaan orang Samaria yang baik (Lukas 10:25-37) untuk mengajar bahwa kita, sebagai umat Kristen, harus bersikap baik dan mengasihi semua orang. Jadi, jika sebuah tindakan tidak berlawanan dengan prinsip alkitabiah, maka seharusnya dianggap boleh dan didukung oleh umat Kristen yang setia.

Fakta Kebenaran Yang Layak Dipercaya

Ada beberapa kelompok orang yang seringkali menggunakan ayat seperti 1 Korintus 6:19-20 sebagai sumber referensi bahwa organ tubuh tidak boleh diambil dari tubuh seseorang. Bahkan, mereka beranggapan bahwa donasi organ tubuh merupakan bentuk mutilasi terhadap tubuh mereka sehingga menurut mereka, sebagai pengelola ciptaan Allah, kita perlu menjaga tubuh kita, dan menghindari segala sesuatu yang merusaknya. Bagaimana kita bersikap terhadap pendapat semacam ini? Coba kita perhatikan bahwa ketika Paulus menulis kepada jemaat di Korintus, ia menegaskan: “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Kor. 6:20 ITB), sehingga tersirat bahwa perintah ini dilaksanakan ketika seseorang (pribadi) masih hidup. Demikian juga di dalam surat keduanya kepada gereja di Korintus, Paulus mengingatkan mereka: “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia” (2 Kor. 5:1 ITB). Seringkali terjadi bahwa salah satu topik yang membuat umat Kristen prihatin adalah konsep di mana tubuh jasmani harus dijaga keutuhannya sambil menanti kebangkitan tubuh. Untuk alasa inilah banyak umat Kristen yang tidak mau mendonasikan organ tubuh karena mereka percaya bahwa untuk mengalami kebangkitan sendiri mereka harus mempunyai tubuh yang “lengkap.” Mari kita lihat bagaimana Alkitab memberikan bantuan agar kita dapat memahami konsep ini dengan pengertian yang lebih baik. Setelah Adam dan Hawa berdosa dan mengusir mereka dari taman Eden, Allah memberitahu Adam, “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kej. 3:19 ITB). Jadi di sini dapat dipahami dengan jelas yakni Allah sebetulnya sudah memberitahu bahwa tubuh jasmani kita akan kembali menjadi tanah dan debu.

Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, rasul Paulus mengajarkan pengetahuan terhadap perbedaan antara tubuh jasmani ketika mati (yang dapat disingkirkan dengan berbagai cara), dan tubuh rohani pada waktu kebangkitan (1 Korintus 15:35-49). Di sini rasul Paulus menggunakan metafora (kiasan) perbedaan antara benih dan tumbuhan yang dihasilkan oleh benih itu sebagai ilustrasi akan perbedaan tubuh jasmani dan tubuh kebangkitan. Ia menambahkan: “Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah” (1 Kor. 15:44 ITB). Artinya, jika kita percaya bahwa tubuh yang dibangkitkan hanya “berpulang kembali” ke tubuh asal, maka konsep kita tentang kebangkitan tidak alkitabiah. Alkitab memberitahu kita bahwa tubuh jasmani, yakni “daging dan darah,” tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (1 Korintus 15:50).

Penutup

Berdasarkan fakta ini, umat Kristen tidak perlu takut dan menolak untuk melakukan donor atau transplantasi organ tubuh dengan alasan harus menjaga keutuhan tubuh jasmani bagi kebangkitan.

Image by scotth23 from Pixabay

2 replies on “Transplantasi Organ Tubuh”

Setuju dengan tulisan di atas, hanya jangan sampai donor organ ini untuk memuaskan hawa nafsu. Maksudnya dengan donor, lalu digunakan untuk berpesta pora atau membeli kemewahan di dunia.
Sebagaimana roma 6 :13 sebaiknya dengan tujuan mulia untuk menolong sesama.
Bagaimana dengan mukjizat? Terkadang Tuhan memakai hukum alam juga.
God bless..
Muyasebe.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *