Shalom! Bapak-ibu-saudara-saudari yang saya kasihi. Saya tidak tahu persis sampai di manakah bapak-ibu-saudara-saudari telah mempelajari prinsip-prinsip kebenaran Allah melalui website ini. Tetapi, seberapapun banyak atau sejauh manapun itu, Saya ingin mengajak kita semua berhenti sejenak dan memikirkan bersama tulisan di halaman ini. Satu perkara yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa inilah musim untuk keberanian! Keberanian mengatakan No Turning Back atas keputusan pasti kita. Apa maksudnya?
Cobalah kita renungkan sejenak, dengan mengingat kembali pelajaran kita bahwa keabadian merupakan waktu yang sangat lama; adalah bijaksana untuk mengambil keputusan dengan sangat tegas sekarang, hari ini, di mana kesetiaan kita berada sekarang ini. Kita harus rela berdiri dan diperhitungkan, bahkan sampai pada kesakitan akan kematian, jika Tuhan mengijinkan, mengetahui bahwa hidup kita akan berlangsung lama setelah kematian.
Banyak orang (yang mengaku Kristen) yang mencoba duduk aman dan bahkan mungkin agak terkesan acuh-tak-acuh di balik pagar yang tertutup aman dan sangat terlindungi, tidak mau berani terbuka tentang iman mereka, tetapi juga tidak mau menyangkal Juruselamat mereka. Namun, bapak-ibu-saudara, di mata Allah kita sedang berada di dalam Kerajaan Anak-Nya yang terkasih, atau kita di luar itu. Hanya ada dua kemungkinan ini. Tidak ada area abu-abu. Hanya kerajaan terang atau kerajaan kegelapan. Kita menjadi milik yang satu atau yang lain entah kita suka atau tidak; dan hari ini adalah hari untuk mengambil keputusan: kita akan berada di sisi yang mana, sehingga kita dapat menanggung-derita sebagai orang yang berada pada golongan-oposisi ketika hal itu datang.
Sama seperti Petrus diteguhkan oleh Roh Kudus dalam buku Kisah Para Rasul, demikian pula kita dapat meminta Tuhan untuk mengisi kita dengan Roh-Nya untuk mengubah kita dari rasa enggan dan takut-takut berubah menjadi penuh kuasa dan kasih.
Cobalah renungkan fakta ini. Banyak orang Kristen yang dianiaya di suatu negara yang menolak kekristenan tahu apa artinya menorehkan tanda dalam huruf “N” pada pintu-pintu rumah mereka. “N” berarti Nazarene. Mereka tahu bahwa mereka telah ditandai sebagai orang yang mengikuti Yesus dari Nazaret, seorang Kristen, tinggal di rumah itu. Artinya bagi mereka, ini tanda kehancuran dan bahkan kematian. Tetapi, sekalipun demikian beratnya mereka berada sebagai golongan-oposisi, Tuhan tetap ada untuk mereka. Beberapa orang datang untuk merangkul dan memeluk simbol itu dengan bangga, bersedia dikenal sebagai pengikut Yesus, tidak peduli berapa pun harganya.
Ketika orang-orang percaya membayar mahal karena menolak untuk menyangkal Yesus, mereka tidak hanya menerima hadiah surgawi, tetapi juga memberikan berkat besar kepada saudara-saudari di sekitarnya dengan teladan mereka. Kisah-kisah mereka yang telah dianiaya dan dibunuh karena iman mereka adalah sumber inspirasi besar, dan memberikan kemuliaan yang besar kepada Tuhan. Ini menunjukkan betapa mereka percaya bahwa Tuhan itu layak – segalanya.
“Courage is contagious. When a brave man takes a stand, the spines of others are often stiffened.” (Billy Graham)
“Keberanian itu menular. Ketika seorang pemberani mengambil sikap, punggung orang lain sering menjadi keras (melawan).
Tuhan melihat hati kita dan pada gilirannya Ia tahu apa yang akan tertulis di dahi kita pada akhir zaman, tetapi kebenarannya adalah bahwa orang-orang di sekitar kita juga dapat melihat banyak dari apa yang ada di hati kita – dan jauh lebih jelas dan terang-benderang daripada yang kita pikirkan. Kita mungkin tidak secara sadar meyakini kepercayaan kita pada dahi kita, tetapi ingatlah sebagaimana rasul Paulus mengingatkan orang-orang percaya di Korintus bahwa tingkah laku kita adalah “Kitab Suci” yang dibaca oleh orang-orang di sekitar kita:
“Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Jelas sudah bahwa kamu adalah surat dari Mesias, yang dikirim dan ditulis oleh kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh hati manusia.” (2 Kor. 3:2 terjemahan bebas)
Orang mungkin tidak terlalu ingin membaca Alkitab, tetapi mereka bisa membaca kita. Alkitab macam apa yang kita tampilkan? Apa yang dikatakan hidup kita tentang Allah yang kita layani, dan pengabdian kita kepada-Nya? Apakah kita menjalani kehidupan untuk menyenangkan orang lain, atau untuk menyenangkan Tuhan?
Saya tidak pernah punya tanda semacam tato (dan saya cukup senang dengan itu) tetapi saya akan senang memiliki sesuatu yang lebih permanen, dengan implikasi yang jauh lebih serius tertulis di dahi saya: Nama Bapa surgawi saya. Sampai saya melihat-Nya berhadapan muka, saya akan selalu menganggap dahi saya terukir secara permanen dengan namanya yang indah. Saya ingin menjadi kudus bagi Tuhan, dikhususkan untuk-Nya. Tidak ada ruang bagi orang lain untuk memberi tanda.
Saya telah memutuskan untuk mengikuti Yesus.
No turning back. Tidak ada jalan untuk kembali.
Topik terkait:
Dahi dan Tanda Binatang
666
Keselamatan
Saya baru saja percaya Yesus. Bagaimana selanjutnya?
Image by Gerd Altmann from Pixabay
3 replies on “No Turning Back”
Pengajaran yg menguatkan dan memberi keberanian
Pengajaran yg menguatkan dan memberi keberanian.
Amen, siap pak Budi, sangat meneguhkan n menguatkan sy untuk semakin berani melangkah dg tuntunan Bapa menyampaikan kebenaran kpd sdr sdr kita yg blm mengenal kebenaran/ menolak kebenaran….