Categories
Iman Praktis What's New

Sukses: Asli atau Palsu?

Pernahkah Saudara berpikir apa yang sudah Saudara capai sejauh ini dapat disebut sebagai sukses? Jika benar itu sukses: asli atau palsu?

daftar isi
Dua Anggapan Tentang Sukses

Menurut Saudara apakah sukses itu? Seberapa sukses hidup Saudara? Pernahkah Saudara berpikir apa yang sudah dicapai sejauh ini dapat disebut sebagai sukses? Jika benar itu sukses: asli atau palsu? Mungkin masih ada beberapa pertanyaan yang bisa Saudara munculkan untuk mengetahui dan mengukur kesuksesan pada diri Saudara sekarang ini. Pada dasarnya ada dua jenis kesuksesan. Yang pertama, anggapan bahwa Saudara sudah berhasil namun sebenarnya Saudara gagal. Pada saat Saudara sadar bahwa Saudara membutuhkan perubahan haluan, bisa jadi itu sudah terlambat. Kedua, keberhasilan semu. Ini merupakan kesuksesan yang lebih buruk daripada kegagalan. Pada saat Saudara gagal, Saudara masih memiliki kesempatan untuk menemukan akar masalahnya dan mulai memperbaiki keadaannya. Paling tidak, Saudara bisa belajar dari pengalaman dan bertekad untuk berbuat lebih baik pada kesempatan lain.

Keberhasilan semu atau palsu merupakan kesuksesan yang lebih buruk daripada kegagalan.

Nilai Tujuan Hidup

Tujuan hidup yang semata-mata hanya mengejar uang dan segala sesuatu yang didapatnya selalu dinilai dan dibeli dengan uang bisa saja terjadi pada diri seseorang. Bahkan, Saudara mungkin saja bisa mengalami hal serupa. Tuhan Yesus pernah mengajar para pendengar-Nya dengan sebuah pertanyaan, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat. 16:26 ITB). Kepuasan batin tidak dihasilkan dengan cara terus-menerus memikirkan promosi kenaikan jabatan, cara memperoleh lebih banyak uang atau juga lebih banyak barang. Di Alkitab, seorang Guru Bijak menyimpulkan bahwa “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.” (Pengkhotbah 5:10)

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh World Economic Forum menunjukkan sebuah hasil pengamatan yang menarik dalam mengukur tingkat keberhasilan masyarakat di Amerika Serikat. Pada umumnya, kesuksesan seseorang tidak melulu disebabkan karena memiliki uang yang banyak, tetapi ada banyak parameter lainnya yang lebih penting dari uang, misalnya tubuh yang sehat, hubungan yang harmonis dalam keluarga dan teman-teman, bahkan faktor yang dinilai paling menentukan untuk membuat hidup seseorang sukses atau sejahtera adalah pekerjaan yang disukai.

Sejauh ini, paling tidak Saudara bisa membedakan antara sukses yang palsu dan sukses yang sebenarnya. Namun, tantangan yang lebih sulit ialah bertindak menurut pandangan yang benar tentang kesuksesan.

Survei membuktikan bahwa kesuksesan seseorang tidak melulu disebabkan karena memiliki uang yang banyak.

Contoh Mengukur Kesuksesan

Agar lebih memudahkan kita dalam menangkap pengertian tentang sukses yang palsu dan sukses yang sebenarnya, mari kita perhatikan contoh berikut ini. Jika kita memiliki empat tokoh dengan masing-masing kondisi yang berbeda, kita akan bisa melihat sejauh mana diri kita mampu mengukur tingkat keberhasilan itu.

(Catatan: Keempat tokoh dan nama-nama ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada kesamaan dengan nama para pembaca, ini hanyalan faktor tidak sengaja dan tentu hanya dimaksudkan untuk keperluan ilustrasi dan bukan untuk tujuan lain/tertentu.)

Andi mengelola sebuah usaha. Ia jujur, rajin, dan sopan. Usahanya maju sehingga ia dan keluarganya hidup nyaman.

Heri mengelola usaha yang serupa, dan penghasilannya jauh lebih besar daripada penghasilan Andi. Tetapi, supaya unggul dalam persaingan bisnis, Heri menjadi kecanduan kerja dan mengidap berbagai penyakit.

Putri adalah siswi SMP yang rajin dan gemar belajar. Alhasil, nilainya selalu bagus.

Debby nilainya lebih tinggi daripada nilai Putri dan menjadi salah satu murid yang berprestasi. Tetapi, ia sering menyontek sewaktu ulangan dan tidak terlalu suka pelajaran di sekolahnya.

Mari kita pikirkan beberapa skenario. Jika Saudara menganggap yang sukses itu Heri dan Debby, atau keempat-empatnya, Saudara mungkin mengukur kesuksesan dari hasilnya saja, tidak soal caranya mereka bisa sukses. Sebaliknya, jika Saudara hanya memilih Andi dan Putri, Saudara mungkin mengukur kesuksesan dari kepribadian dan cara mereka memandang apa yang mereka kerjakan. Dan, ini masuk akal.

Sekarang, mari kita pertimbangkan hal berikut ini:

  • Apa yang lebih baik bagi masa depan Putri, mendapat nilai tertinggi atau memupuk sikap suka belajar?
  • Mana yang lebih baik bagi anak-anak Andi, bisa membeli semua yang mereka inginkan atau punya ayah yang menganggap penting waktu bersama keluarga dengan bahagia dan sehat?

Intinya: Sukses yang palsu didasarkan atas apa yang tampak dari luar; sukses yang sebenarnya didasarkan atas pandangan yang benar tentang apa yang penting.

Pandangan Yang Benar Tentang Kesuksesan

Pandangan yang benar di sini tentu tidak jauh dari prinsip Alkitabiah bahwa pusat kehendak terhadap kesuksesan itu sendiri tidak terletak pada keinginan diri manusia melainkan pada Sang Pemberi Berkat. Amsal mengajarkan, “Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.” – (Ams. 16:3 ITB) Sangat penting untuk disadari bahwa pada kenyataannya, watak dan karakter seseorang itu berkaitan dengan sumber dan sifat kekayaan seseorang (lihat juga ayat 4 ini – “tangan orang rajin menjadikan kaya”). Namun, perhatikanlah bahwa kekayaan dipandang benar sejauh seseorang melaksanakan dengan tangan yang berserah kepada si Pemberi Berkat. “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” – (Ams. 10:22 ITB) Jadi, rupanya jika berkat Tuhanlah yang menjadikan Saudara kaya, maka bagaimana Saudara mencari kekayaan ini harus diatur oleh komitmen untuk bertindak benar, dan untuk mewujudkan harapan bahwa “bersandar” itu bukan pada hal-hal materi tetapi dalam Tuhan yang menyediakan. Di samping itu, Allah masih menambahkan dengan tidak adanya kesedihan padanya. Ketika Tuhan memberikan berkat materi kepada Saudara, Dia tidak memberikannya dengan enggan atau dengan kesulitan atau bahkan penghukuman tetapi dengan bebas dan dengan sukacita. Bagi Saudara!

Sukses yang palsu didasarkan atas apa yang tampak dari luar; sukses yang sebenarnya didasarkan atas pandangan yang benar tentang apa yang penting.

Penutup

Ingatlah selalu bahwa kesuksesan palsu adalah lebih buruk dari kegagalan.

Image by Gerd Altmann from Pixabay

3 replies on “Sukses: Asli atau Palsu?”

Tidak semua orang tahu tentang kesuksesan yang asli.
Lebih banyak orang menilai kesuksesan dari menumpuknya harta, tingginya jabatan dan tingkat sosial.
Padahal kehidupan mereka hampa dan tak terarah.
Terimakasih pak Budi penjelasan yg gamblang. Gbu?

Saya setuju dengan ulasan dr Ps. Budi, karwna memang kesuksesan tdk bisa diukur dr apa yg kita lihat dr luarnya saja, tetapi lebih dr dalam bgm seseorang itu mencapai keberhasilannya…kekayaan, jabatan, ketenaran bisa diperoleh tanpa ada usaha yg benar, (dg bekerja tekun dan kesabaran) banyak org org dunia mendapatkan kesuksesan dunia (kekayaan, ketenaran n jabatan) dg cara pintas, melalui perdukunan atau menjual diri, dll…
Sebagai orang percaya kpd Tuhan Yesus, suatu kesuksesan/keberhasilan harus dikerjakan/diraih dg benar sesuai Alkitab katakan…
Trm kasih Ps. Budi yg sdh memberikan penjelasan dan pengertian akan kesuksesan yg benar sesuai Alkitab…

Terimakasih untuk ulasannya Ps Budi.. Saya Setuju, kita setiap hari harus terus minta Pimpinan Tuhan Agar kita berjalan dalan “jalurNya” dan tdk mengejar kesuksesan yang semu.. Supaya kita tdk menaiki anak tangga tapi salah meletakkan tangga nya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *