daftar isi
- Bagaimana Iman Itu Bekerja
- Wafatnya Para Rasul Allah
- Pelajaran Terpenting Tentang Iman Yang Tangguh
- Penutup
Bagaimana Iman Itu Bekerja
Satu-satunya kematian rasul yang ditulis di dalam Alkitab hanyalah kematian Yakobus, saudara Yohanes. Yakobus dibunuh “dengan pedang” – kemungkinan besar melalui pemenggalan oleh raja Herodes. (Kis 12:1-2 – “Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang.”) Selain satu catatan dalam Alkitab ini, kebanyakan rekaman lain tentang wafatnya para rasul diketahui melalui tradisi Gereja. Bagaimanapun juga, tradisi Gereja ini merupakan data sekunder (tambahan di luar Alkitab) dan tidak ada keharusan untuk diyakini secara mutlak, namun penting bagi orang-percaya mengetahui bagaimana iman itu bekerja di tengah-tengah orang-orang Kristen. Di sinilah, orang-percaya, termasuk Saudara, dapat belajar prinsip kekristenan yang fundamental di balik kematian para Rasul Allah ini.
Wafatnya Para Rasul Allah
Beberapa catatan tentang wafatnya para rasul di dalam tradisi Gereja yang paling umum diterima adalah:
Rasul Petrus. Di Roma, ia disalibkan dengan cara terbalik (dan miring) hingga tiang salibnya berbentuk X. Kematian rasul Petrus dengan cara demikian merupakan penggenapan dari nubuat Yesus (Yohanes 21:18 – “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”).
Rasul Yohanes pernah hampir mati martir ketika dia dimasukkan dalam bejana besar yang berisi minyak panas (direbus). Ini terjadi pada saat terjadi gelombang penganiayaan di Roma. Tetapi, kemudian ia selamat. Setelah tertangkap untuk kedua kalinya, Yohanes kemudian dibuang ke pulau Patmos. Di pulau inilah, ia mendapatkan penglihatan yang ditulisnya dalam kitab nubuat yang dinamakan kitab Wahyu. Kemudian, rasul Yohanes dibebaskan dan kembali ke Asia Kecil, daerah yang saat ini berada di Turki. Akhirnya, ia mati dalam usia lanjut. Rasul Yohanes adalah satu-satunya rasul yang mati dengan tenang.
Rasul Matius dipercaya mati martir di Etiopia. Ia terbunuh karena luka pedang.
Rasul Bartolomeus, yang juga dikenal dengan sebutan Natanael, adalah seorang misionaris ke Asia Kecil, tempat yang sekarang masuk wilayah Turki. Dicatat bahwa ia mati martir dengan cara kedua kakinya diikat dan digantung terbalik serta dicambuk sampai mati karena berkhotbah di Albanopolis (Albania) Kaukasia, Armenia.
Yakobus, saudara Yesus, adalah seorang pemimpin gereja (konsili) di Yerusalem. Meskipun ia tidak disebutkan sebagai rasul secara resmi, namun ia memiliki catatan kematian secara martir seperti rasul lainnya. Ketika Yakobus menolak menyangkal imannya kepada Kristus, ia dilemparkan dari ketinggian lebih dari seratus kaki dari menara Bait Allah (menara bagian Tenggara). Ini adalah menara yang sama di mana Iblis membawa Yesus ketika Dia dicobai. Selang beberapa saat, ketika diketahui bahwa ia selamat, musuh-musuhnya memukuli dia dengan gada sampai mati.
Rasul Andreas (saudara Petrus) wafat tahun 60 M. Ia disalibkan hidup-hidup di Patras Yunani, dengan posisi tiang salib berbentuk X. Setelah disiksa dengan cara dicambuk oleh tujuh algojo, kemudian mereka mengikat tubuhnya ke tiang salib dengan tali untuk memperpanjang penderitaannya. Para pengikutnya melaporkan bahwa ketika ia bawa ke tiang salibnya, rasul Andreas menghormati salib itu dengan kata-kata ini, “Kematian di atas salib adalah cita-cita saya. Telah lama saya merindukan dan menantikan saat yang menggembirakan ini. Salib ini telah dikuduskan oleh tubuh Yesus Kristus yang tergantung di atasnya.” Selama dua hari ditali di kayu salib, ia terus berkhotbah kepada orang-orang yang menyiksanya, sampai akhirnya wafat.
Rasul Tomas, yang terkenal dengan sebutan Didimus. Ia juga disebut sebagai Tomas Peragu untuk mengenang peristiwa penting di mana ia mencucukkan jari tangannya ke lambung dan tangan Yesus yang berlubang paku (Yoh. 20:27 – “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.'”). Rasul Tomas wafat dengan cara ditikam dengan tombak di India dalam salah satu perjalanan misinya untuk mendirikan gereja di sana.
Rasul Matias, rasul yang dipilih untuk menggantikan Yudas Iskariot sang pengkhianat, dirajam batu dan kemudian dipenggal kepalanya.
Rasul Paulus disiksa dan kemudian dipenggal di Roma pada tahun 67 M oleh Kaisar Nero yang jahat.
Masih banyak catatan kematian para rasul lain dalam tradisi-tradisi lainnya. Namun demikian masih sulit untuk diyakini baik secara historis maupun secara tradisi.
Pelajaran Terpenting Tentang Iman Yang Tangguh
Meskipun bagaimana cara para rasul Allah ini wafat bukanlah hal paling penting, namun demikian apa yang mendorong mereka rela mati martir bagi iman mereka kepada Kristus merupakan hal terpenting. Saudara sebagai orang-percaya dapat mengambil pelajaran di balik kematian para rasul Allah ini:
Percaya adanya pengharapan akan kebangkitan. Orang Kristen akan dibangkitkan di dalam Kristus dan bersama Kristus. “Aku menaruh pengharapan kepada Allah, sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar.” (Kis. 24:15 ITB) Alasan mendasar para rasul Allah rela mati martir ialah kebangkitan Kristus dan untuk itulah orang-percaya, Saudara, didorong untuk meletakkan pengharapan akan kebangkitan di dalam Kristus dan bersama Kristus sebagaimana diberitakan oleh para rasul. “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?” (1 Kor. 15:12 ITB) Fakta adanya kebangkitan (kekal) orang mati tidak dapat dipungkiri. “Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.” (1 Kor. 15:13 ITB)
Para rasul tentu sangat paham bahwa kalau Tuhan Yesus tidak bangkit dari kematian, maka sia-sialah kematian itu. Siapa pun dengan akal sehat akan meyakini bahwa tidak ada orang yang bersedia mati untuk sesuatu yang dia sudah tahu merupakan kebohongan. Tetapi kenyataan bahwa para rasul bersedia mati dengan cara yang sedemikian keji dan menolak untuk menyangkali iman mereka dalam Kristus, menjadi bukti yang luar biasa bahwa mereka benar-benar telah menyaksikan kebangkitan Yesus Kristus. Kelak, mereka pun akan dibangkitkan bersama Kristus, kekal selamanya.
Penutup
Iman kepada Kristus dan pengharapan kepada kebangkitan Kristus layak diperjuangkan orang-percaya hingga kematian datang menjemputnya.
Saudara dapat memupuk dan memiliki iman setangguh ini!
Image by Alexas_Fotos from Pixabay
2 replies on “Di Balik Kematian Para Rasul”
Sungguh luar biasa, apapun konteksnya kematian para Rasul, yg terpenting adalah iman mereka akan Yesus Kristus, keselamatan ygvdi janjikan Tuhan Yesus kepada seluruh umat Nya, kiranya Tuhan mampukan kami untuk memiliki iman seperti para Rasul, kami dapat mempertahankan iman kami, bahkan kami dapat memberitakan kabar suka cita akan keselamatan dr Tuhan Yesus kpd sdr sdr di sekitar kami yg belum menerima ataupun mendengar tentang karya keselamatan dari Allah…
Trm ksh Ps. Budi yg telah memberikan pengajaran akan keteguhan iman kpd Tuhan Yesus Kristus, kiranya menjadikan kami semakin teguh dalam Tuhan…. Tuhan Yesus memberkati…
Kematian para Rasul yg begitu tragis memberikan teladan bagi kita yg beriman kepada Kristus agar kita semakin kuat berakar kepada Kristus dan tidak mudah goyah diterpa “badai topan dan gelombang ” masalah kehidupan. Juga kita semakin semangat melayani Kristus dimana pun kita berada.
Terimakasih pak Budi untuk pelajaran yang sangat berharga ini Gbu