Categories
Akhir Zaman What's New

24 Tua-tua

Sebagai kitab “apokaliptik” (kiamat), tulisan rekaman rasul Yohanes di dalam kitab Wahyu banyak mengandung unsur simbolisme, termasuk penggunaan angka-angka selain dari warna, benda-benda mati dan hidup. Dalam penyebutan angka-angka, tidak melulu harus ditafsirkan secara alegoris atau menggambarkan perlambangan. Dalam kasus ini adalah angka 24 untuk 24 Tua-tua di dalam Wahyu 4. Namun, perhatian yang lebih mencolok justru terlihat pada subyek Tua-tua dan perannya di masa ini.

Kira-kira siapakah 24 Tua-tua itu? Untuk mengkaji hal tersebut lebih kritis dan mendalam, terlebih dahulu kita membuat kesimpulan sementara atau hipotesa, antara lain:
1) hipotesa pertama, mereka adalah malaikat
2) hipotesa kedua, mereka ini mewakili umat Israel
3) hipotesa ketiga, mereka mewakili gereja

Mari kita lihat dalam rekaman rasul Yohanes dalam Wahyu 4:4 yang menyatakan, “Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.”
Di sini terlihat bahkan juga dalam kitab Wahyu secara umum tidak secara spesifik menjelaskan siapa yang dimaksud dua puluh empat Tua-tua ini.

Jika hipotesa pertama digunakan, yaitu malaikat, jawabannya adalah kemungkinan besar bukan. Karena mereka duduk di takhta. Sementara tidak pernah ada data di Alkitab, para malaikat dinyatakan ikut memerintah atau duduk di takhta.

Pemakaian kata Yunani “presbuterous” yang diterjemahkan menjadi “Tua-tua” juga tidak pernah dipakai untuk merujuk para malaikat, hanya kepada para pria/laki-laki, terutama para pria yang sudah dianggap matang secara lahiriah dan batiniah, juga ikut terlibat dalam pembangunan & penggembalaan Gereja. Istilah “Tua-tua” juga tidak akan cocok jika digunakan untuk merujuk para malaikat yang tidak pernah bisa menua.

Karakteristik berikutnya ialah cara berpakaian mereka yang mengindikasikan bahwa mereka ini adalah manusia atau para pria. Para malaikat memang tampak putih, tetapi istilah “memakai pakaian putih” lebih sering dikaitkan dengan gereja atau orang-percaya; simbol bagi kebenaran Kristus yang dikaitkan ketika keselamatan dianugerahkan kepadanya. Ini nampak pada pernyataan di dalam kitab Wahyu pasal 3 ayat 5 dan 18 yang dituliskan bahwa: “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya… maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.” Juga terdapat di dalam Wahyu 19:8 yang mengatakan, “Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!” [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.] “

Yang berikutnya lagi adalah mahkota emas yang dikenakan para Tua-tua ini juga mengindikasikan bahwa mereka adalah para pria, bukan para malaikat. Data pada Alkitab membuktikan bahwa mahkota tidak pernah dijanjikan kepada para malaikat. Mereka ini (para malaikat) juga tidak pernah dikisahkan mengenakan mahkota. Kata Yunani “stephanon” yang diterjemahkan menjadi “mahkota” merujuk kepada “mahkota kehidupan,” yang dikenakan oleh mereka (orang-percaya) yang telah menang dalam perlombaan imannya, seperti yang dijanjikan Kristus.

Beberapa catatan mengenai kata “stephanon” (mahkota) dapat dilihat pada ayat-ayat di bawah ini:

“Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Wahyu 2:10)

“Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” (2 Timotius 4:8)

“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yakobus 1:12)

Sejauh ini, kita dapat beranggapan bahwa kemungkinan besar, mereka merujuk kepada Gereja. Pernyataan “duduk di takhta” memberikan petunjuk jelas bahwa sepertinya mereka ikut memerintah dan berkuasa bersama Kristus (Why 2:26-27, 5:10, 20:4; Mat 19:28; Luk 22:30).

Sedangkan di sisi lain, ada beberapa penelitian Alkitab yang beranggapan bahwa dua puluh empat Tua-tua ini mewakili bangsa Israel. Hipotesa kedua digunakan di sini. Tetapi, anggapan ini akan menemui masalah jika kita memperhatikan latar belakang waktu-peristiwa, yaitu ketika penglihatan ini terjadi, Israel secara nasional (sebagai bangsa) belum ditebus. Serentak, para Tua-tua juga tidak bisa mewakili orang-orang kudus di masa Tribulasi untuk alasan yang sama pula — tidak semua dari mereka sudah menjadi orang-percaya ketika penglihatan itu datang kepada Rasul Yohanes.

Jadi, opsi yang paling mungkin dari para Tua-tua ini adalah hipotesa ketiga, yaitu: mereka mewakili Gereja yang diangkat (raptured) sebelum masa Tribulasi, yang nantinya akan menyanyikan lagu penebusan (Why. 5:8-10). Mereka mengenakan mahkota kehidupan sebagai bukti kemenangan imannya, dan pergi ke tempat yang telah disediakan bagi mereka oleh Penebus mereka (Yoh. 14:1-4).

Dua puluh empat Tua-tua mewakili Gereja yang diangkat (raptured) sebelum masa Tribulasi, yang nantinya akan menyanyikan lagu penebusan.

Wahyu 5:8-10

Sebagai ringkasan, rekaman tentang 24 Tua-tua ini memang tidak dirinci oleh rasul Yohanes. Tetapi adanya indikasi bahwa keberadaan mereka merujuk pada “governance” (kepemerintahan) yang diperankan Gereja (orang-percaya), dapat dilihat melalui keterangan-ketarangan yang ada di sekitarnya, yaitu:

1) Mahkota
2) Berbaju putih
3) Takhta
4) Mengelilingi satu takhta yang duduk Seseorang
5) Menyembah
6) Melemparkan mahkota dan tersungkur

Pemahaman ini selaras dengan apa yang direkam oleh rasul Yohanes di dalam kitab Wahyu 20:4 yang menyatakan bahwa, “Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.”

Image by msandersmusic from Pixabay

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *