Tuhan sangat peduli dengan keluarga dan hubungan di dalamnya. Untuk itu Tuhan banyak berbicara mengenai bagaimana menjadi orang tua yang saleh, dan juga cara mendidik anak supaya mereka menjadi pribadi yang saleh.
Hubungan anak-anak dan orang tua terpelihara baik di dalam ketundukan yang benar. Efesus 5:21 mengatakan, “dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.” Pikirkanlah bahwa anak-anak yang saleh seharusnya tunduk dengan penuh kasih kepada orang tua mereka. Ketundukan di sini merupakan wujud kepatuhan kepada mereka. Sebaliknya, orang tua harus mengasuh dan melindungi anak-anak mereka di dalam kasih dan takut akan Tuhan.
Sebelum tugas-tugas dijalankan, orang tua harus menerapkan hukum yang paling mendasar dalam rumah tangganya, yakni mengasihi dan menghormati Tuhan dengan tulus, sungguh-sungguh dan tanpa adanya kecenderungan untuk berlaku jahat (Kejadian 6:5). Keluarga yang dibangun dalam keadaan penuh dengan kasih kepada Tuhan semacam ini sangat memungkinkan untuk menarik anak-anak kepada pribadi Tuhan sendiri. Kemudian, tidak mustahil bagi anak-anak akan bisa memahami keberadaan Tuhan dan diri mereka sendiri di hadapan Tuhan mereka.
Berikutnya, orang tua yang saling mengasihi dan menghormati bisa menjadikan keluarga mereka lingkungan yang sangat baik untuk membesarkan anak-anak. (Kolose 3:14, 19) Orang tua saleh mengasihi anak-anak mereka seperti Allah Bapa mengasihi Anak-Nya. Matius 3:17 mengatakan, “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”
Orang tua yang baik juga bersedia mendengarkan anak-anak mereka. Yakobus 1:19 mengajarkan prinsip ini, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;”
Selanjutnya, menjadi orang tua yang saleh mengharuskan mereka memahami perasaan anak-anak mereka, bahkan termasuk sikap mereka yang kurang baik. (Bilangan 11:11, 15)
Untuk menjadi orang tua yang saleh, mereka dapat menunaikan tugasnya untuk mendidik anak-anak dalam Takut akan Tuhan. Hal yang pertama dan terutama ialah mengenalkan Allah dan hukum-hukum-Nya (prinsip kebenaran hidup) kepada anak-anak sejak dini (Kejadian 6:6-7). Sikap hidup takut akan Tuhan dibentuk dalam budaya yang konsisten. Secara praktis dapat dilakukan dengan cara menerapkannya dan mengingatkannya secara terus-menerus, “Mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau sedang duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah engkau juga mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu dan pada pintu gerbangmu.” (Ulangan 6:7-9)
Sebagaimana diajarkan di dalam surat Efesus 6:1, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian”, maka orang tua diijinkan Tuhan untuk membuat peraturan. Tentu dengan mencontoh bagaimana cara Tuhan melakukannya. Dia mengasihi umat-Nya dengan cara memberikan peraturan yang jelas serta memberitahu akibatnya jika mereka tidak taat. (Kejadian 3:3 – “tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”) Jadi, Tuhan tidak memaksa orang-orang untuk menaati-Nya, tetapi Dia memberi tahu manfaatnya jika mereka mau melakukan apa yang benar.
Mari kita baca apa yang dikatakan di dalam kitab Yesaya 48:18, 19 di bawah ini:
“Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku.”
Sebagai orang tua yang saleh, belajarlah untuk bertekad membantu anak-anak untuk mengasihi Tuhan. Hal itu akan menolong mereka melakukan yang benar walaupun Saudara tidak sedang bersama mereka. Tuhan mengajar melalui tindakan-Nya, jadi ajarlah anak-anak Saudara untuk mengasihi Tuhan melalui tindakan Saudara sendiri.
Coba kita renungkan firman Tuhan di dalam Efesus berikut ini:
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu… Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu.”
Efesus 4:32; 5:1-2a
Mendidik anak-anak di dalam kasih Tuhan, orang tua perlu memahami secara benar suatu prinsip bahwa disiplin dan instruksi merupakan bagian integral di dalam dirinya. Amsal 13:24 berkata, “Siapa yang menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa yang mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.”
Anak-anak yang tumbuh tanpa disiplin dalam rumah merasa tidak diinginkan dan tidak berharga. Biasanya mereka menjadi kurang terarah dan sulit mengendalikan diri. Seiring perkembangan usia, mereka akan memiliki sifat memberontak dan sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki hormat pada otoritas, termasuk otoritas Tuhan.
Bagian di kitab Amsal mengajarkan kepada orang tua, “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya” (Amsal 19:18). Di sini hikmat sangat diperlukan. Pada waktu bersamaan, disiplin harus diseimbangkan dengan kasih, supaya anak tidak tumbuh dalam kebencian, penakut, dan pemberontak (Kolose 3:21). Tuhan mengetahui bahwa disiplin itu menyakitkan ketika terjadi (Ibrani 12:11), tetapi jika diikuti dengan instruksi yang mengasihi, itu menjadi luar biasa berharga untuk anak-anak. “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4).
Penting untuk melibatkan anak-anak dalam pelayanan dan keluarga gereja ketika mereka masih muda. Datanglah dan belajarlah melayani Tuhan di gereja yang percaya Alkitab (Ibrani 10:25 – “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.“). Biarkan mereka melihat Saudara, sebagai orang tua mereka, belajar firman Tuhan, dan sekaligus belajar firman bersama-sama dengan mereka sambil melayani Tuhan.
Terakhir, biasakan mendiskusikan dengan mereka dunia di sekitar Saudara, juga diskusikan dunia sekitar mereka sebagaimana mereka melihatnya. Dan ajarkan mereka mengenai kemuliaan Tuhan melalui kehidupan sehari-hari mereka. Amsal 22:6 mengatakan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.” Selalu ingatkan kepada mereka, bahwa masa depan mereka milik Tuhan dan panggilan hidup mereka untuk memuliakan nama Tuhan. Arti memuliakan nama Tuhan ialah membuat nama Tuhan nampak baik.
Image by Sasin Tipchai from Pixabay
3 replies on “Menjadi Orang Tua yang Saleh”
Sungguh ini menjadi pembelajaran yg sangat baik, apalagi masih punya anak yg tumbuh menjadi pemuda jg remaja.
Terimakasih atas ilmunya. Belajar jd ortu yg dikehendaki Tuhan. Km punya anak laki” yg menuju remaja. Dimana tantangan buat kami untuk mendidiknya.
terima kasih atas pemebalajarannya ,balajar jadi ortu buat anak kami yang sudah muali remaja,emang tidak gampang menjadi ortu pada zaman now ini ,tp kami sadar perlu tuntunan dan arahan dari firman Tuhan