Categories
Iman Praktis Tanya Jawab Alkitab What's New

Mana Lebih Berkenan: Merawat Orang Tua atau Memberi Persembahan

Prinsip dasar yang dipelajari di sini ialah bagaimana keduanya dilakukan dengan sepenuh hati, total, dan sebagimana seharusnya untuk Tuhan (Kolose 3:23).

Pertanyaan: Mana yang harus saya dahulukan, memberi persembahan yang terbaik untuk Tuhan atau merawat orang tua? Sedangkan gaji saya pas-pasan.

Sebelum melanjutkan pembacaan di sini, sebaiknya Saudara membaca terlebih dahulu topik Merawat Orang Tua.
Alkitab memberitahukan mana lebih berkenan: merawat orang tua atau memberi persembahan. Untuk menemukan jawabannya, mari kita perhatikan terlebih dahulu bagaimana orang-percaya zaman dahulu memberikan persembahan di rumah Tuhan.

Alkitab merekam suatu peristiwa, di zaman Yesus, bagaimana persembahan atau sumbangan di bait suci diberikan.

Sebuah buku yang berjudul The Temple: Its Ministry and Services (Bait Suci: Pelayanan dan Ibadah) memberikan catatan bahwa: ”Ruangan bait suci itu dikelilingi serambi, dan di dekat dinding serambi itu, ada tiga belas peti, atau ’trompet’, (untuk) tempat sumbangan.”

Perbendaharaan bait terletak di ruangan yang disebut Halaman Kaum Wanita. Peti-peti persembahan itu disebut trompet karena berbentuk tabung/botol besar di mana bagian atasnya menyempit dan bagian bawahnya lebar sehingga bentuknya menyerupai terompet. Setiap peti digunakan untuk mengumpulkan persembahan atau sumbangan yang berbeda-beda dan diberi nama sesuai jenis persembahannya.
Saat itu, Yesus sedang berada di Halaman Kaum Wanita ketika ia mengamati banyak orang, termasuk seorang janda miskin, memberikan sumbangan. (Lihat Lukas 21:1, 2).

Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (Luk. 21:1 ITB)

Biasanya, dua peti dikhususkan untuk membayar pajak bait-suci, satu untuk tahun itu dan satu lagi tahun sebelumnya. Peti 3 hingga 7 masing-masing menampung sejumlah (nilai) uang yang ditentukan untuk burung tekukur, burung dara, kayu, dupa, dan bejana-bejana dari emas. Jika si pemberi telah menyisihkan lebih dari jumlah uang yang ditentukan, ia akan memasukkan sisa uang itu ke salah satu dari peti berikutnya. Peti 8 dipakai untuk sisa uang persembahan (kurban) dosa. Peti 9 hingga 12 digunakan untuk mengumpulkan sisa uang dari persembahan kesalahan (kurban tebusan), dari persembahan “burung”, dan dari persembahan orang Nazir (orang yang sukarela bernazar atau mengambil sumpah -Bilangan 6:1–21), serta persembahan penderita kusta. Peti 13 dikhususkan untuk sumbangan sukarela.

Untuk mengetahu lebih jauh bagaimana dan siapa-siapa yang memberi persembahan di bait suci ini, perhatikanlah catatan yang ditulis oleh Lukas (seorang sejarahwan), murid Yesus ini.

Lukas adalah penulis Injil Lukas dan juga buku sejarah Kisah Para Rasul. Lukas mengatakan bahwa dia ”menelusuri segala sesuatu dari asal mulanya dengan saksama” (Lihat Lukas 1:3).

Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu. (Luk. 1:3 ITB)

Dalam catatannya, Lukas menyebutkan beberapa fakta sejarah yang berkaitan dengan nilai persembahan. Misalnya, dalam teks aslinya, dalam bahasa Yunani, ia menggunakan beberapa gelar untuk pejabat Romawi, seperti praetor untuk pejabat pengadilan sipil di Filipi; politark, yaitu penguasa kota Tesalonika; dan Asiark untuk pembesar di Efesus. (Kisah 16:20, 17:6; 19:31) Lukas menyebut Herodes Antipas sebagai tetrark, atau penguasa distrik, dan Sergius Paulus sebagai prokonsul Siprus. (Kisah 13:1, 7).

Kita kembali pada kisah di mana Yesus sedang memperhatikan orang-orang yang memberikan persembahan di bait suci. Dalam kisah itu, kita semestinya tahu, ada seorang wanita, janda miskin, yang juga menghadiri ibadah di bait suci itu. Dan ketika Yesus mengamati dengan seksama, sampailah pada giliran di mana si wanita, janda miskin, itu berjalan mendekati peti-peti persembahan dan memasukkan uangnya. Di sini Yesus memperhatikan berapa “nilai” uang yang wanita masukkan ke dalam peti persembahan di bait suci itu (Lihat Lukas 21:2). Satuan nilai uang terkecil pada waktu itu, yaitu peser, itulah yang dipunyai si wanita janda itu. Dua peser bukanlah nilai yang berarti jika diukur dengan jumlah peti-peti yang ada di bait suci dan tentunya berikut ketentuan jumlah minimal yang harus dimasukkan ke dalamnya, baik dari persembahan kurban-kurban sampai persembahan sukarela.

Yesus melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (Luk. 21:2 ITB)

Secara nilai, wanita janda miskin ini, “tidak memenuhi” kualifikasi tuntutan persembahan sesuai ketentuan pada saat itu. Tetapi berita baiknya ialah dari sekian banyak orang-orang “bergelar bangsawan” dengan kesanggupan memberi persembahan mereka yang memenuhi “syarat-syarat persembahan peti”, justru di pandangan Yesus, ada persembahan yang lebih “layak” dari mereka.

Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” (Luk. 21:3-4 ITB)

Nilai persembahan bukanlah ditimbang dari besar-kecilnya jumlah (lahiriah) yang diberikan atau dimasukkan ke dalam peti-peti persembahan, tetapi ditimbang dari unsur rohaniahnya. Unsur ini terdapat pada kedua pribadi “yang berdiri” di antaranya:

1) Si pemberi; bagaimana ia digerakkan untuk memberi dengan sepenuh hidupnya
2) Si Penerima; bagaimana Ia berkenan untuk menerimanya

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. (Ibr. 11:4 ITB)

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Rom. 12:1 ITB)

Allah pun berkenan sekalipun dalam segala keterbatasan namun kita mau dengan segenap hati mencurahkan hidup untuk mengabdi dan berbalas budi kepada orang tua kita.

Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah. (1 Tim. 5:4 ITB)

Jadi, untuk menjawab mana lebih berkenan: merawat orang tua atau memberi persembahan, tentu Tuhan menerima keduanya. Namun, prinsip dasar yang dipelajari di sini ialah bagaimana keduanya dilakukan dengan sepenuh hati, total, dan sebagimana seharusnya untuk Tuhan. (Lihat Kolose 3:23)

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan (sebagaimana seharusnya untuk Tuhan) dan bukan untuk manusia. (Kol. 3:23 ITB)

. Image by LEEROY Agency from Pixabay

Lihat juga: Merawat Orang Tua

4 replies on “Mana Lebih Berkenan: Merawat Orang Tua atau Memberi Persembahan”

Semakin kami diberkati dengan penjelasan tsb, membuat kami semakin teguh melangkah dalam kebenaran…tq ps. Budi… Tuhan Yesus memberkati..

Terimakasih utk penjelasannya pak Budi, sudah menolong bagaimana seharusnya memberi yg terbaik kpd Tuhan sekaligus merawat orang tua dg sebaik-baiknya. Yaitu dg kasih dan tulus ikhlas. Gbu

Apakah ada hukumnya jika seorang suami lebih mementingkan merawat ortunya daripada memberi nafkah istri dan anak?

Syalom saudariku, Febriana Dian. Merawat orang tua dan memberi nafkah anak/istri penting dua-duanya, yang penting “Tuhan berkenan pada keduanya.” Sy mengutip kesimpulan di artikel ini: “Bagaimana keduanya dilakukan dengan sepenuh hati, total, dan sebagimana seharusnya untuk Tuhan. (lihat Kolose 3:23)”

Sy baca di artikel lainnya yang judulnya, Merawat Orang Tua, di situ dijelaskan bahwa “Menjalankan pengabdian kepada Allah dengan mengurus keluarga mereka dan membalas budi orang tua adalah baik di mata Allah.” (https://educlass.org/merawat-orang-tua/)
Tapi juga menafkahi istri dan anak-anak adalah peran seorang suami/ayah kpd keluarganya, dan tanggungjawab utama kepada Yesus sebagai Kepala dalam pernikahan kristen.

Sy akan selalu berdoa untuk saudariku, jikalau engkau punya masalah ini. Janganlah kuatir karena Tuhan Yesus akan menolong pernikahan kalian. Berkat Tuhan untuk kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *