daftar isi
- Kemiskinan Itu Sarana Untuk Menyatakan Kehendak Allah
- Sesuatu Yang “Segera” Dapat Mengubah Hidup
- Kerjakan Apa Yang Bisa Dikerjakan Hari Ini
- Jujurlah Demi Harga Diri
- Alkitab Menyediakan Hikmat Untuk Menyelesaikan Persoalan Hidup
- Penutup
Kemiskinan Itu Sarana Untuk Menyatakan Kehendak Allah
Harapan adalah alat dan cara bagi orang Kristen untuk menanggapi kemiskinan. Kemiskinan seharusnya menjadi perhatian penting bagi orang-percaya untuk menyatakan kehendak Allah. Ini harus disertai tindakan paling sederhana dengan keyakinan penuh bahwa karya Allah harus dilanjutkan di dunia. “Aku tahu, bahwa TUHAN akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin” (Maz. 140:12). Yang selalu terpelihara dalam ingatan orang-percaya ialah bekerja dengan harapan bahwa Yesus akan kembali, dan “ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri” (Yes. 11:4). Sampai pada datangnya hari pengadilan terakhir, Yesus menyatakan kalau “orang-orang miskin selalu ada padamu” (Mat 26:11). Namun demikian, ada harapan di tengah kemiskinan!
Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan yang tidak terbatas – dan panggilan yang mendesak – untuk melayani Allah dengan cara melayani sesama.
Sesuatu Yang “Segera” Dapat Mengubah Hidup
Kemalangan atau musibah bisa datang kapanpun dan menimpa siapapun. Satu-satunya harapan terbesar dalam keadaan ini ialah sesuatu yang “segera” dapat mengubah hidupnya. Namun, seringkali kenyataan sedih ini sulit dihindari, bahkan kadang-kadang kalau ini terjadi hingga berlarut-larut dan belum juga datang jawaban yang mengubahkan hidup akan membuat seseorang merasa tertekan dan tidak memiliki tujuan hidup lagi.
Cukuplah masuk akal ketika muncul pertanyaan-pertanyaan, “Apakah Tuhan benar-benar ada?” “Jika Tuhan benar-benar ada, mengapa keadaan ini seakan-akan dibiarkan saja?” Namun juga, tidak menutup kemungkinan sekecil apapun semangat hidup itu ada meski hanya berbentuk permohonan kepada sang Pencipta, “Kalau Engkau memang ada, tolong aku.” Mungkinkah ada harapan pada doa ini? Mari kita lihat.
Kerjakan Apa Yang Bisa Dikerjakan Hari Ini
Tidak sedikit orang kuatir akan masa depan. Namun jika mereka mengetahui apa yang Alkitab ajarkan tentang masa depan, rasa kuatir mereka itu bisa berkurang. Ya, Alkitab bisa menolong kita saat ini juga melalui prinsip-prinsipnya yang sangat bagus. Prinsip-prinsip ini bisa memperbaiki keadaan emosi dan ekonomi kita. Selain Alkitab mampu menghibur perasaan, nilai-nilainya mudah dipelajari, dimengerti dan dapat diterapkan. Artinya, dengan ini kita harus membuat banyak perubahan. Sebagai contoh, seseorang yang sudah mulai mengalami gangguan kesehatan, seperti gangguan pernafasan misalnya, ia akan belajar suatu nilai bahwa kehidupan berasal dari Allah dan rokok merusak tubuh. Maka ia sadar bahwa ia harus menghargai kehidupan. Ada prinsip yang meyakinkan dirinya untuk itu, yakni seperti apa yang diajarkan oleh Mazmur 36:9, “Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang.” Jadi, ia merasa dimampukan untuk berhenti merokok karena ada dorongan yang semakin kuat untuk menerapkan prinsip Alkitab berikutnya, di 2 Korintus 7:1, ”Biarlah kita membersihkan (menyucikan) diri dari setiap pencemaran daging.” Benar, Alkitab menolong kita memberitahukan prinsip yang bermanfaat bagi kesehatan dan tentunya juga keuangan.
Alkitab mengubah hidup seseorang. Harapan di tengah kemiskinan itu ada ketika ia paham nasihat Alkitab tentang perlunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri. (lih. 1 Tesalonika 4:11, 12)
“Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka.” – (1 Tes. 4:11, 12 ITB)
Jujurlah Demi Harga Diri
Di sisi lain, beberapa orang mau bekerja tetapi tidak mampu. Mungkin karena sakit, sudah berumur, atau bahkan adanya kondisi khusus seperti disabilitas. Namun, bagaimanapun juga, Allah tidak suka dengan orang yang ”tidak mau bekerja” (lih. 2 Tesalonika 3:10).
Mari kita lihat apa yang diajarkan dalam Pengkhotbah 2:24, ”Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah.” Bahkan, kita bisa bahagia ketika kita ingin berusaha dan bekerja dengan jujur. Ini membuat kita memiliki harga diri dan malah bisa membantu orang yang membutuhkan. (lih. Efesus 4:28).
“… baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” – (Efe. 4:28 ITB)
Alkitab Menyediakan Hikmat Untuk Menyelesaikan Persoalan Hidup
Harapan hidup orang-percaya ada dalam Alkitab, firman-Nya. Semakin banyak menghayati nilai-nilainya, semakin bertambah hikmat dalam mengatasi persoalan hidup. Amsal 3:13-14 sudah menyebutkan tentang hal ini, “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas.”
Nabi Yeremia membuktikan hal ini. Di zaman Alkitab, Yeremia hidup pada masa yang sulit. Ia kehilangan segalanya hingga terucap doa dengan perasaan yang memilukan, “Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu.” Yeremia menyadari akan penderitaanya dan keadaannya yang tanpa tempat tinggal. Namun, ia tidak putus asa. Bagi dia, masih ada harapan karena Allah tidak meninggalkan dia (Yeremia 1:8 – “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.”) Selain itu, sebagai seorang pembelajar Alkitab, ia tahu bahwa di masa depan, kemiskinan dan penderitaan akan diganti dengan kedamaian dan kesentosaan (lih. Mazmur 37:10, 11).
“Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi. Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” – (Maz. 37:10 ITB)
Perubahan hidup terjadi ketika prinsip Alkitab diterapkan.
Prinsip Alkitab yang dapat memperbaiki keadaan ekonomi:
Hindari hutang yang tidak perlu. ”Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi. — (Amsal 22:7 ITB).
Hati-hati dengan iming-iming cepat kaya. ”Orang yang kurang berpengalaman percaya pada setiap perkataan, tetapi orang yang cerdik mempertimbangkan langkah-langkahnya.” — (Amsal 14:15; 22:26, 27).
Bekerja dengan rajin. ”Si pemalas banyak keinginannya, tetapi jiwanya tidak memiliki apa-apa.” — (Amsal 13:4).
Belajar mengendalikan diri. ”Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin.” — (Amsal 23:21).
Hidup seimbang. ”Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.” — (Amsal 30:8, 9 ITB).
Jangan pelit. ”Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.” — (Amsal 11:25 ITB).
Penutup
Tujuan hidup dapat ditemukan di saat keadaan sulit sekalipun. Jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan tentang persoalan sulit apapun akan mampu menolong Saudara untuk tidak lagi merasa kuatir, takut, tertekan bahkan hilang harapan. Saudara akan bisa merasakan sendiri seberapa benarnya kata-kata Yesus, ”Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3). Dengan kata lain, bagi Tuhan, Saudara adalah orang-orang yang berhak berbahagia jika Saudara sadar akan kebutuhan rohani Saudara. Maka Yesus, dengan firman-Nya, akan membantu Saudara menemukan tujuan hidup dan harapan baru yang lebih baik.
Image by Kasun Chamara from Pixabay
2 replies on “Harapan di Tengah Kemiskinan”
Terima kasih Ps. Budi, yg telah memberikan pengertian dan dasar dasar yg luar biasa, sehingga membuat kami menjadi menyadari bahwa dengan kondisi apapun, Alkitab/Firman Nya dapat memberikan pertolongan…semoga pengajaran tsb di atas dapat memberkati saudara saudara yg laen… Tuhan Yesus memberkati….
Ams 11 :25. memang perlu memberi karena itu seperti benih agar Tuhan bisa memberkati hidup kita. Hanya gabungkanlah dengan prinsip hati-hati dengan iming-iming cepat kaya. Jangan kita berpikir memberi banyak njuk seperti orang main lotere, dapat banyak dalam waktu SINGKAT. Hanya, sesuaikan dengan kondisimu.
Dalam kondisi berkekurangan, tetaplah memberi.
Markus 12:44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari KEKURANGANNYA, semua yang ADA PADANYA, yaitu seluruh nafkahnya”
Yang saya tangkap dari nats di atas: beri dengan apa yang kita miliki, sesuaikan dengan kemampuan, jangan melebihi kemampuan lalu pinjam orang lain hanya untuk memberi.
Kalau pinjam orang lain untuk memberi, lha Tuhan memberkati orang lain itu, bukan kita. Kan orang lain yang memberi melalui kita, bukan kita yang memberi kan?
MUYASEBE