Seberapa pentingkah kesehatan tubuh kita? Sejauh mana kita menyadari bahwa mengkonsumsi makanan yang layak-makan akan berpengaruh positif pada kesehatan tubuh jasmani kita? Bagaimana kita tahu bahwa kesehatan tubuh, mental dan rohani harus seimbang? Seorang teman berpendapat bahwa Yesus adalah sosok pemuda yang seimbang baik secara kesehatan jiwa dan kesehatan badaniah. Banyaknya anak-anak berlari mendekat dan duduk di pangkuan-Nya, itu jelas menandakan bahwa Yesus memiliki watak yang tenang sehingga anak-anak tidak curiga dan merasa takut berada di dekat-Nya. Juga, Yesus seperti halnya orang-orang Yahudi pada umumnya sudah terbiasa mengkonsumsi makanan yang sehat dan layak makan atau “kosher” (Imamat 11). Terbukti di saat Ia ditangkap hingga dihukum di atas kayu Salib, tubuh-Nya sanggup bertahan menanggung tekanan mental yang berat dan tekanan fisik yang menyakitkan. Rupanya, selain kesadaran jiwani juga perlu adanya kesadaran badani. Dalam buku Flora Slosson Wuellner dikatakan bahwa, “Cara kita berhubungan dengan tubuh jasmani kita sangat memengaruhi cara kita berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama, dengan doa, dan dengan seluruh kehidupan”. Bahkan, Alkitab pun menegaskan bahwa kesehatan tubuh menjadi faktor yang harus dipelihara dan diutamakan. “… Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang ada di dalam kamu, yang kamu miliki dari Allah…” (1. Kor 6:19). Jadi, manakah lebih penting: kesehatan jasmani atau rohani? Mari kita pelajari bersama.
Membangun Kebiasan Baru
Prinsip “mau hidup sehat” bisa dilakukan sekarang juga. Dimulai dengan membangun kebiasaan baru, yakni kebiasaan makan. Namun, sebelum kita bahas lebih jauh, penting untuk kita ketahui bahwa ”kebiasaan hidup yang seimbang” harus terlebih dahulu menjadi dasar dari semuanya. Melalui surat 1 Timotius 3:11, Alkitab memberikan nasihat bahwa “…hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal.” Untuk itulah, kebiasaan makan harus dibangun secara nyata yakni “tidak makan dengan berlebihan.” Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh Alkitab berikut ini:
“Yakni mereka yang duduk dengan anggur sampai jauh malam, mereka yang datang mengecap anggur campuran.” – (Amsal 23:30 ITB)
“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi…” – (Lukas 21:34)
Pola hidup sehat dan juga pola mengkonsumsi makanan yang layak-makan ini dapat dipelajari dan diterapkan secara praktis. Nampaknya, hidup yang seimbang akan menjadi sangat mudah dilakukan ketika seseorang mulai mengetahuinya dan melatihnya hingga menjadi kebiasaan hidup sehari-hari.
Mulailah hal-hal peraktis berikut ini untuk membangun kebiasaan baru:
Cari tahu seperti apa kebiasaan makan yang baik
Sebaiknya kita tidak perlu terlalu kaku sampai-sampai menghindari jenis makanan tertentu. Kalau kita tahu sedikit tentang gizi makanan, kebiasaan makan kita akan lebih baik. Dan, itu adalah cara terbaik untuk menjaga berat badan tetap ideal.
Rajin berolahraga
Pikirkan apa saja kegiatan sehari-hari yang bisa membuat kita tetap aktif bergerak! Misalnya, daripada naik kendaraan bermotor ke kantor, kita bisa naik sepeda. Atau, daripada menggunakan lift, kita bisa naik tangga. Atau, ganti setengah jam yang biasanya kita gunakan untuk bermain game dengan joging.
Kenyang dengan makanan yang lebih sehat
Adakalanya, pendapat tentang “yang penting kenyang” tidak selalu buruk dan menakutkan. Malah ini menjadi keuntungan di saat makanan yang lebih sehat menjadi pengganti utama. Buah dan sayur pun dapat mengenyangkan. Jadi, jika kita merasa kenyang karena buah dan sayuran, mungkin kita tidak akan tergeoda lagi dengan cemilan atau makanan yang tidak sehat.
Makan pelan-pelan
Ada orang yang makan begitu cepat sehingga mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka sudah kenyang. Jadi, aturlah tempo makan kita. Cobalah makan dengan lebih lambat. Gunakan “jeda” —tunggu dulu sebentar— kalau kita ingin menambah makanan. Bisa jadi, kita tidak selapar yang kita pikirkan.
Cari tahu jumlah kalori makananmu
Penting untuk membiasakan diri membaca informasi kandungan dan nilai gizi pada kemasan makanan. Ketahuilah berapa jumlah kalorinya. Waspadai minuman ringan, minuman bersoda, minuman berkafein, makanan cepat saji, dan makanan yang manis-manis mengandung kalori yang tinggi. Itu bisa membuat berat badan kita naik. Namun demikian pula, jangan sampai kita terlalu fokus dengan jumlah kalori. Sekali-sekali, makanan enak yang tinggi kalorinya juga tidak bermasalah untuk dikonsumsi.
Berpuasa secara teratur
Adakalanya, sistem pencernakan tubuh kita membutuhkan jeda. Seorang pengamat kesehatan dari Universitas Harvard Amerika Serikat, Monique Tello, mengatakan bahwa meskipun puasa sulit dilakukan oleh kebanyakan orang namun puasa yang dilakukan secara teratur, sedikit-sedikit dan berselang-seling akan mampu menurunkan berat badan, tekanan darah, dan gula darah. Ini terbukti efektif dibanding diet jenis lainnya.
Cari saran dan nasihat profesional
Cobalah minta saran dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan tips pola hidup sehat yang sesuai dengan riwayat kesehatan kita.
Penutup
Kebanyakan orang sering terpengaruh oleh media tentang tubuh yang ideal. Akibatnya, mereka tidak menyukai penampilan mereka sendiri. Padahal, faktanya bahwa tidak mungkin bentuk tubuh setiap orang sama. Alih-alih mendambakan bentuk tubuh seperti orang lain, “mau hidup sehat” menjadi pilihan yang lebih utama. Jika kita sehat, penampilan kita jadi lebih baik. Hasilnya, kita akan puas dengan penampilan kita. Prinsip ini tampak lebih mudah diterapkan.
Image by silviarita from Pixabay
One reply on “Manakah Lebih Penting: Kesehatan Jasmani atau Rohani?”
Kesehatan rohani dan jasmani sebaiknya memang seimbang.
Namun faktanya, hidup seimbang rohani dan jasmani tidak selalu bisa dilakukan. Kalau harus memilih, saya lebih memilih kesehatan rohani. Orang yang rohaninya sehat, meski jasmani sakit, maka orang tersebut masih bisa semangat menghadapi hidup. Rohani lebih sehat masih bisa bersyukur, meski jasmani keadaan kurang baik.
Sebaliknya, orang yang rohaninya kurang sehat, meski jasmani lebih sehat, orang mudah putus asa. Orang yang rohaninya kurang sehat, meski jasmani segar bugar, bisa melakukan tindakan” yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Demikian opini saya, semoga bermanfaat.
Terimakasih pak Budi untuk materi yang disampaikan. Gbu ?