Categories
Kristianitas

Awas! Gerakan Word of Faith

Awas! Word of Faith Movement merupakan salah satu gerakan dalam pelayanan Kristiani yang menawarkan praktik dan doktrin yang perlu diuji secara obyektif di bawah otortias kebenaran Alkitab.

Kebanyakan orang-percaya dewasa ini tidak menyadari adanya sebuah gerakan yang nampak di luarnya tidak begitu mencurigakan, namun di lain hal, ajarannya perlu diuji dan dikaji kembali secara obyektif di bawah otoritas Alkitab. Ada beberapa pendapat para pakar yang mengindikasikan bahwa ajaran kelompok ini sangat membahayakan kerohanian umat-percaya. Judul topik ini: Awas! Gerakan Word of Faith sekaligus memberikan konteks sempit dan terbatas seputar Word of Faith Movement saja. Dalam laporan kajian ilmiahnya yang berjudul Think on These Things (The Word-Faith Movement) yang terbit pada Aprill 1999, Gary E. Gilley menjelaskan bahwa gerakan ini dikenal juga dengan nama Possitive Confession (Pengakuan Positif) atau Word-Faith (Kata-Iman) atau dengan sebutan singkat “Faith” Movement.
Salah satu keyakinan yang khas yang dipraktikkan Word of Faith Movement menurut Kenneth Hagin dalam booklet-nya yang berjudul “How to Write Your Own Ticket with God” yang kemudian diringkas dalam buku berjudul Christianity in Crisis (hal. 74-75) meliputi empat tahap, yakni tahap 1 “Say it: Possitive or Negative”, tahap 2 “Do it”, tahap 3 “Receive it”, dan tahap 4 “Tell it so others may believe”. Di ringkasan yang sama pula, dituliskan tentang tiga formula iman oleh Kenneth Copeland yang dinyatakan dengan cara ini: “Yang diperlukan hanyalah (1) Melihat atau memvisualisasikan apa pun yang Anda butuhkan, baik fisik maupun finansial; (2) Mempertahankan klaim Anda atas Alkitab; dan (3) Mengatakannya menjadi ada”. Sejauh ini, praktik dan pengajaran mereka dapat dilihat apakah Alkitabiah atau jelas tidak Alkitabiah dapat kita telusuri bersama berikut ini.

Pada awal lahirnya gerakan ini, menurut Richard J. Vincent, dalam artikelnya yang berjudul An Examination of The Word-Fath Movement memberikan keterangan bahwa gerakan ini muncul bukan dalam bentuk denominasi, juga tidak memiliki organisasi ataupun hirarki formal. Namun, sebagaimana disebutkan oleh Vincent di dalam artikelnya tersebut, pada bagian The Word-Faith Teachers (Para guru Word-Faith), bahwa gerakan ini sangat dipengaruhi oleh sejumlah tokoh agama yang terkenal.

Pertumbuhan gerakan Word of Faith ini bermula dari gerakan Pentakostal di akhir abad 20. Pendirinya ialah E. W. Kenyon, yang mempelajari ajaran New Thought metafisik dari Phineas Quimby, yaitu ilmu tentang pikiran (pengajaran supaya seseorang “memanjatkan permintaan lewat doa, maka Allah pasti akan mengabulkannya”) dikombinasikan dengan Pentakostalisme, yang kemudian menghasilkan campuran yang bercirikan mistisisme. Kenneth Hagin adalah murid dari E. W. Kenyon. Ia yang menciptakan gerakan Word of Faith seperti yang kita lihat hari ini. Meskipun para pengajar Word of Faith menggunakan teologi dasar Kristen, namun itu hanyalah sebagian dan kebanyakan pengajaran mereka tidak sama dengan teologi dasar Kristen sejati. Seperti uang palsu, serupa tetapi tak sama.

Gerakan ini meyakini jika perkataan seseorang dapat digunakan untuk memberdayakan kuasa-iman, sehingga bisa mewujudkan apa yang diyakini si pendoa terkait hal-hal yang dijanjikan Alkitab untuk menjadi sehat dan kaya.

Hakikat gerakan Word of Faith adalah keyakinan akan “kuasa-iman” (force of faith). Gerakan ini meyakini jika perkataan seseorang dapat digunakan untuk memberdayakan kuasa-iman, sehingga bisa mewujudkan apa yang diyakini si pendoa terkait hal-hal yang dijanjikan Alkitab untuk menjadi sehat dan kaya. Mereka mengajarkan bahwa hukum yang mengendalikan kuasa-iman juga mengendalikan kehendak Allah yang berdaulat. Allah sendiri tunduk pada hukum-hukum ini. Ini mengindikasikan adanya ciri-ciri yang serupa dengan penyembahan berhala, karena memalingkan seseorang dari iman yang sejati – bahkan, termasuk mengidolakan dan meninggikan manusia menjadi “allah”.

Seorang penganut Word-Faith Movement, bernama Creflo Dollar, dalam sebuah tweet, menulis demikian: “As spiritual beings that possess the nature of God, we have the ability to speak things into existence just like God did (Genesis 1).” [terjemahan: “Sebagai makhluk rohani yang memiliki natur Allah, kita memiliki kemampuan untuk mengucapkan hal-hal menjadi kenyataan sama seperti yang telah dilakukan Allah (Kejadian 1).”]

Dalam sumber pustaka JSTOR, Kirk R. MacGregor melalui jurnal ilmiah karyanya yang berjudul “The Word-Faith Movement: A Theological Conflation … Mormonism?”, menyimpulkan:

Saya berpendapat bahwa identifikasi tradisi Gerakan Faith ini meningkatkan pemahaman kita tentang buah budaya utamanya, termasuk pemberdayaan diri-pribadi. didorong bersama oleh gnōsis identitas sejati seseorang, dan oleh pemberian perhatian utama pada gerakan sosial ekonomi melalui korelasi langsung dengan kemajuan spiritual seseorang. Saya menyimpulkan dengan beberapa refleksi tentang apa yang bisa dikatakan oleh para pembawa Gerakan Iman hingga saat ini adalah tentang adanya Gerakan Agama Baru dan tentang keadaan agama di Amerika saat ini.

Kirk R. MacGregor

Dasar dari ajaran mereka ialah bahwa Allah menciptakan manusia persis menurut gambar dan rupa fisik-Nya sebagai allah-allah kecil. Sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa, manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sebelumnya “tidak ada” menjadi “ada” dengan menggunakan kuasa-iman.

Anggapan ini berlanjut bahwa sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia menerima sifat Setan dan kehilangan kemampuan menciptakan seperti Allah tersebut. Demi memperbaiki situasi ini, Yesus Kristus menyerahkan keilahian-Nya supaya bisa menjadi manusia, mati secara rohani, memikul natur Setan, masuk ke dalam neraka, dilahirkan kembali, dan bangkit dari antara orang mati dengan sifat Allah. Setelah itu, Yesus mengutus Roh Kudus untuk melakukan kembali inkarnasi di dalam diri orang-percaya sehingga mereka bisa menjadi seperti yang dimaksudkan oleh Allah pada awal mulanya.

Sebagai allah kecil, diri-pribadi seseorang dianggap memiliki kemampuan untuk memberdayakan kuasa-iman sehingga menjadi sejahtera dalam semua bidang kehidupan. Penyakit (termasuk disabilitas), kemiskinan, dan kegagalan adalah hasil dari kurangnya iman seseorang. Ini dapat diperbaiki melalui sebuah pengakuan (Possitive Confession) – di mana seseorang bisa menuntut janji-janji Allah agar terwujud. Richard J. Vincent meringkas keterangan ini dengan kesimpulan bahwa gerakan Word of Faith menempatkan diri manusia seolah-olah sama tinggi atau setara dengan Allah. Sekaligus ini bermaksud mengecilkan Allah seolah-olah setara seperti manusia.

Sejauh ini, Gerakan Word of Faith nampak jelas tidak didasari kebenaran Alkitab seutuhnya. Pengajaran yang dipopulerkan oleh para tokohnya berusaha mengaburkan Kekristenan yang sejati. Bukannya isi Alkitab menjadi sumber kebenaran tertinggi sepenuhnya, namun pewahyuan pribadi sangat diandalkan dalam praktik dan ajaran para tokohnya. Ini diajarkan kepada para pengikutnya. Gly J. Ackerley dalam bukunya yang berjudul Importing Faith: The Effect of American ‘Word of Faith’ Culture on Contemporary English Evangelical Revivalism mengutarakan pendapat bahwa keyakinan semacam ini menambah daftar panjang bukti dari ajaran yang membingungkan di zaman akhir ini.

Kita sebagai orang-percaya sejati dapat melawan pengajaran Word of Faith hanya kalau kita membaca dan memahami Alkitab dengan sabar dan benar.

Tidak ada yang lebih tinggi dari Allah. Hanya Allah sendiri yang merupakan Pencipta Alam Semesta yang Berdaulat (lih. Kej. 1:3; 1 Tim. 6:15).

“Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.”(Kej. 1:3 ITB)

“yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.”(1 Tim. 6:15 ITB)

Allah tidak memerlukan iman kita. Dia adalah objek dari iman kita (Mark. 11:22; Ibr. 11:3).

“Yesus menjawab mereka: ‘Percayalah kepada Allah!'”(Mark. 11:22 ITB)

“Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.”(Ibr. 11:3 ITB)

Allah adalah roh dan tidak memiliki tubuh fisik (Yoh. 4:24).

“Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”(Yoh. 4:24 ITB)

Manusia memang diciptakan menurut gambar Allah (Kej. 1:26, 27; 9:6), namun manusia bukan allah kecil ataupun memiliki sifat ilahi seperti yang mereka ajarkan.

“Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”(Kej. 1:26-27 ITB)

“Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.” (Kej. 9:6 ITB)

Hanya Allah yang memiliki sifat ilahi (bdk. Gal. 4:8; Yes. 1:6-11, 43:10, 44:6; Yeh. 28:2; Maz. 8:6-8).

“Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah.”(Gal. 4:8 ITB)

“Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak. Negerimu menjadi sunyi sepi, kota-kotamu habis terbakar; di depan matamu orang-orang asing memakan hasil dari tanahmu. Sunyi sepi negeri itu seolah-olah ditunggangbalikkan orang asing. Puteri Sion tertinggal sendirian seperti pondok di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan seperti kota yang terkepung. Seandainya TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora. Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! ‘Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?’ firman TUHAN; ‘Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.'”(Yes. 1:6-11 ITB)

“‘Kamu inilah saksi-saksi-Ku,’ demikianlah firman TUHAN, ‘dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.'”(Yes. 43:10 ITB)

“Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: ‘Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.'”(Yes. 44:6 ITB)

“Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.”(Yeh. 28:2 ITB)

“Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.”(Maz. 8:6-8 ITB)

Yesus Kristus adalah Abadi, Anak Tunggal Bapa, dan satu-satunya inkarnasi dari Allah (bdk. Yoh. 1:1, 2, 14, 15, 18; 3:16; 1 Yoh. 4:1).

“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: ‘Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.’ Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.”(Yoh. 1:1, 2, 14, 15, 18 ITB)

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”(Yoh. 3:16 ITB)

“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. “ (1 Yoh. 4:1 ITB)

Di dalam Yesus berdiam seluruh kepenuhan keilahian yang hidup dalam bentuk jasmani (Kol. 2:9).

“Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,”(Kol. 2:9 ITB)

Meskipun Yesus memilih untuk membatasi kuasa-Nya saat menjalani kehidupan di bumi sebagai manusia, namun dengan menjadi seorang manusia, Yesus menyerahkan kemuliaan surga, bukan keilahian-Nya (lih. Fil. 2:6-7).

“yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”(Fil. 2:6-7 ITB)

Dalam karya tulisannya yang lain, The Word-Faith Threat to the Substance and Popular Perception of Evangelicalism, Kirk MacGregor menyerukan peringatan Waspadalah! Gerakan Word of Faith sudah berhasil menipu dan memperdayai banyak orang-percaya; membuat mereka menjalani cara hidup dan iman yang tidak Alkitabiah. Inti dari gerakan ini adalah tipu muslihat yang sama yang telah diutarakan Setan sejak peristiwa di Taman Eden: “Kamu akan menjadi seperti Allah” (Kej. 3:5). Jangan sampai terjebak! MacGregor dengan tegas menyampaikan himbauan bahwa siapa pun yang menerima doktrin Word of Faith Movement, mereka lebih memilih mendengarkan Setan. Di dalam Mazmur 33:20-22 diajarkan bahwa satu-satunya harapan kita ada di dalam Allah, bukan di dalam kata-kata kita (manusia) sendiri, bahkan bukan di dalam iman kita sendiri.

“Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya. Kasih setia-Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.”(Maz. 33:20-22 ITB)

Perhatikanlah bahwa iman kita memang merupakan pemberian dari Allah (bdk. Efe. 2:8; Ibr. 12:2), bukan sesuatu yang kita ciptakan untuk diri kita sendiri.

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,”(Efe. 2:8 ITB)

“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” (Ibr. 12:2 ITB)

Sebelum kita akhiri topik ini, perlu dipahami bersama bahwa untuk kepentingan pembelajaran melalui situsweb ini, topik-topik mengenai bidat atau ajaran sesat atau pun ajaran menyimpang dan semacamnya, ada beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi:

  • Topik-topik semacam ini dibicarakan dalam kerangka pembelajaran, dengan sumber data yang bertanggungjawab, bukan tuduhan atau penghakiman sepihak
  • Untuk tujuan pembelajaran, maka uraian serta keterangan yang disampaikan sudah semestinya didasarkan pada sumber kebenaran tertinggi yaitu Alkitab, bukannya pendapat pribadi
  • Untuk menyikapi ajaran bidat atau penyimpangan atau semacamnya, sebagai orang-percaya harus memiliki hati yang bersih, obyektif, murni, terbuka, dan tidak perlu takut salah jika memang didapatkan adanya unsur-unsur penyesatan. Tuhan Yesus sendiri sangat keras dan tegas bahkan mengutuk segala bentuk penyesatan. Meski demikian, kita tidak perlu mengutuk; itu hanya Tuhan Yesus yang melakukan
  • Sudah menjadi keharusan bagi seriap orang yang ingin menjadi murid Kristus, untuk WASPADA terhadap ajaran bidat, penyesatan, penyimpangan dan semacamnya
  • Tuntutan dan standar Injil sangatlah tinggi, yakni: iman yang murni, pengetahuan dan pengertian yang menuntun kepada hikmat (hikmat = praktik dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari dan menjalankan hidup Kristen setiap hari)
  • Terakhir (last but not least), dalam tujuan pembelajaran, dibutuhkan dua hal dasar dalam diri seorang pembelajar, yakni (1) iman untuk percaya pada perkataan Firman, dan (2) watak seorang murid untuk tunduk dan setia kepada tulisan kudus (Alkitab), bukan perasaan pribadi atau kehendak diri (manusia)

Jadi, berhati-hatilah terhadap ajaran yang tidak seimbang. Meskipun ajaran-ajaran semacam ini menunjukkan rupa dan corak yang mirip dengan ajaran Injil Kristus, namun sejatinya tidak sama. Mari kita jaga hati dan iman kita agar tetap murni di hadapan Allah dan manusia. “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.” (Kis. 24:16 ITB)

Catatan: Topik ini disajikan untuk tujuan pembelajaran semata, bukan untuk kepentingan lain atau pun bermaksud negatif. Dengan segala hormat, penyebutan nama-nama baik kelompok maupun orang, tidak dengan sengaja untuk menyudutkan namun demikian digunakan sejauh untuk keperluan data yang lebih akurat dengan disertai kutipan pada sumber terkait.

Kembali ke laman: Teologi Buruk

Image by sammisreachers from Pixabay

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *