“dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.” ~ (Kis. 9:2)
PENDERITAAN SUATU KEHARUSAN & JALAN KEPADA KESEMPURNAAN. Menilik kisah epik yang dibentuk dari sekelumit orang-orang sederhana tetapi berdedikasi jelas dan berprinsip kuat. Mereka disebutkan sebagai kelompok Jalan Tuhan: Embrio gereja masa depan telah diwujudkan dari ketulusan hati dan kebesaran jiwa yang tak lekang oleh jaman.
Bermula dari para alim ulama Yahudi yang kemudian oleh mereka ini diciptakanlah sebuah stereotip kepada sekelompok kecil orang-orang yang dianggap oposisi mereka. Sejarah telah direkam dalam Kis. 6:9 – “Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus.” Majelis-majelis Yahudi menetapkan posisinya pada barisan terdepan untuk berhadapan dengan oposisi yang siap membawa pembaruan rohani.
Ada dua poin penting dari ayat ini (Kis. 6:9) yang nantinya akan berkaitan dengan nats Kis. 9:2 pada topik kali ini.
(1) Pada jaman itu, orang-orang Yahudi yang tinggal di suatu kota tertentu, mereka berkumpul dalam suatu tempat ibadah agama Yahudi yang disebut dengan Sinagoga, yakni tempat untuk berdoa dan melakukan ibadah penyembahan orang Yahudi. Ibadah di tempat ini biasanya dipimpin oleh seorang kepala atau pemimpin yang sah dan diakui (bandingkan Luk. 8:41 – “Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya,”). Mengamati lebih rinci mengenai Sinagoga dalam berbagai referensi historisnya, meskipun asal-usulnya tidak sepenuhnya jelas, namun nampaknya Sinagoga telah muncul dalam komunitas bangsa Israel pasca-pembuangan selama periode intertestamental (yakni suatu masa yang terbentang di antara PL dan PB, yaitu kira-kira 400 tahun dari kitab Maleakhi/PL selesai ditulis sampai kitab Matius/PB muncul). Sebuah kota boleh mendirikan Sinagoga jika setidaknya ada sepuluh laki-laki Yahudi di sana. Apa yang dilakukan orang-orang Yahudi di Sinagoga, dalam kitab undang-undang normatif Yudaisme periode PB dijelaskan bahwa orang-orang (laki-laki Yahudi) yang hadir di Sinagoga membaca kitab suci PL dan mempelajarinya serta membahasnya secara terperinci (tradisi Yahudi yang disebut Mishna, m. Megillah 3-4; ay Berakhot 2).
Pada umumnya, tempat-tempat ibadah orang Yahudi pada saat itu disebut dengan Sinagoga Libertini. Istilah Libertini adalah hasil terjemahan dari kata Yunani λεγομένης (legomenes) artinya “seperti itulah ia dipanggil namanya”. Maksud dari arti itu ialah bahwa mereka (orang Yahudi) adalah budak yang telah mendapatkan kebebasan (leluhur mereka ditawan di Babel); atau keturunan orang-orang seperti itu.
Inilah sekilas tentang latar belakang keberadaan para majelis Yahudi yang sejak kemunculan Yesus Sang Mesias hingga terbentuknya gereja pertama menjadi tantangan yang sangat menyulitkan.
Hubungannya dengan nats Kis. 9:2.
Sebutan Jalan Tuhan dalam literatur agama kuno sering merujuk pada “seluruh jalan hidup seseorang dalam sudut pandang moral dan spiritual”, dan ini sudah begitu lazim digunakan dalam kekristenan beserta ajaran-ajarannya di dalam kitab sejarah Kisah Para Rasul (lihat Kis. 19:9, 23, 22:4; 24:14, 22). Beberapa pakar berkomentar bahwa ini merupakan variasi dari ideologi dalam keagamaan Yudaisme yang disebut dengan Dua-Jalan, yaitu yang benar dan yang salah; di mana “Jalan Tuhan” inilah yang benar itu.
“Banyak juga di antara mereka, yang pernah melakukan sihir, mengumpulkan kitab-kitabnya lalu membakarnya di depan mata semua orang. Nilai kitab-kitab itu ditaksir lima puluh ribu uang perak.” – (Kis. 19:9 ITB)
“Kira-kira pada waktu itu timbul huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan.” – (Kis. 19:23 ITB)
“Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara.” – (Kis. 22:4 ITB)
“Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi.” – (Kis. 24:14 ITB)
Tetapi Feliks yang tahu benar-benar akan Jalan Tuhan, menangguhkan perkara mereka, katanya: “Setibanya kepala pasukan Lisias di sini, aku akan mengambil keputusan dalam perkaramu.” – (Kis. 24:22 ITB)
(2) Kata “Asia”. Dalam konteks jaman PB, wilayah Asia selalu mengacu pada provinsi Romawi di Asia, terdiri dari sekitar sepertiga bagian barat dan barat daya Asia Kecil moderen. Asia terletak di sebelah barat wilayah Frigia dan Galatia. Kata “provinsi” diberikan untuk menunjukkan kepada pembaca moderen bahwa ini tidak mengacu pada benua Asia.
Hubungannya dengan nats Kis. 9:2.
Kata terakhir dalam ayat 2 dituliskan: “membawa mereka ke Yerusalem.” Dari Damaskus ke Yerusalem adalah perjalanan enam hari jauhnya. Artinya, sudah sejauh itulah kekristenan kini telah berkembang hingga ke Syria.
Kehadiran kelompok Jalan Tuhan: Embrio gereja masa depan yang sejak semula selalu diperhadapkan dengan tantangan dan penganiayaan. Dimulai dari Sang Founder, Yesus Kristus, dan digelar sepanjang jaman perkembangan gereja hingga akhir jaman.
Menjadi pengikut Kristus merupakan keputusan diri-sendiri untuk mendedikasikan takdir hidupnya dan nasibnya serta mengejar impian dan harapan yang bermakna, bernilai dan abadi. Semangat dan kebesaran jiwa sekelompok Jalan Tuhan memberikan energi tanpa batas pada komunitas orang-percaya sepanjang jaman. Tuhan selalu menyertai gereja-Nya, sampai akhir jaman nanti.
Selamat berjuang dan bertahan dalam Kristus.
Lihat semua di kategori: Biblika
Image by Free-Photos from Pixabay